BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
IPS merupakan dasar untuk mengembangkan tujuan kurikulum yaitu membentuk warga
negara yang baik dalam suatu masyarakat demokratis di tengah globalisasi dan
pembentukan intelektual dalam membina kesadaran, baik secara pribadi, anggota
masyarakat, budaya serta intelektual
siswa dalam memecahkan masalah sosial (Hennings, 1989). Sebagai suatu bidang
ilmu, IPS membekali intelektual siswa dalam membina kesadaran hidup di tengah
masyarakat yang komplek dan heterogen, sehingga dapat membentuk pribadi yang
mandiri. Partisipasi dan peran aktif siswa memecahkan masalah sangat menunjang
dalam menentukan keputusan hidup bermasyarakat (Skeet, 1995).
IPS
sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu saja lebih dari itu
membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan
dalam hidup bermasyarakat sehingga mereka dapat mengetahui lingkungan,
masyarakat dan bangsa dengan berbagai
karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di sekolah
dasar seharusnya berlandas kepada kondisi nyata di lingkungan masyarakat dengan
tujuan untuk memanusiakan manusia. Sehingga siswa tidak merasakan terasingkan
di lingkangan masyarakatnya sendiri.
Mempelajari
IPS pada dasarnya berfungsi mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap serta
keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi
sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa
lampau hingga masa kini.
Sedangkan tujuannya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan nilai dan
sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan
pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga
kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia.
Salah
satu faktor yang menyebabkan permasalahan terjadi pada pembelajaran IPS adalah
bagaimana proses bembelajaran yang dilakukan guru. Mengingat fungsi utama guru
adalah mulai dari sebelum masuk kelas, di dalamkelas hingga ke luar kelas,
yaitu merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi proses pembelajaran. Guru
merupakan ujung tombak dari semua konsep, gagassan, kebijakan, tujuan
pendidikan nasional.
Masa
usia sekolah dasar berlangsung dari usia 6-12 tahun, dalam pendidikan formalnya
dibagi menjadi dua, yaitu masa kelas rendah dan kelas tinggi dengan
karakter yang berbeda pada tiap kelasnya. Untuk itu, penyajian
pembelajaran IPS hendaknya bervariasi baik dari segi materi, metoda maupun
pendekatannya yang sesuai dengan karakteristik perkembangan masing-masing
siswa. Selain itu pembelajaran di sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip
latar siswa, yakni belajar sambil bekerja, belajar sambil bermain, dan
keterpaduan.
Sebagai
salah satu institusi pendidikan formal yang bertujuan untuk mengembangkan dan
melatih potensi anak, sekolah dasar perlu
melakukan pengorganisasian pendidikan. Termasuk dalam proses
pembelajaran hendaknya dipersiapkan secara baik agar mampu melahirkan siswa
yang memiliki karakter-karakter positif.
Proses pembelajaran harus mampu mengarahkan siswa sebagai subjek yang berperan aktif dalam kehidupannya. Siswa perlu
mendapatkan bimbingan, motivasi, dan peluang untuk belajar serta mempelajari
hal-hal yang akan diperlukan dalam kehidupannya.
Bagi
siswa sekolah dasar, belajar akan lebih bermakna jika apa yang dipelajari
berkaitan dengan pengalaman dan perkembangan pengetahuan awalnya. Untuk itu,
guru harus kreatif dalam mendesain metode pembelajaran yang disenangi dan
bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan awalnya
dengan materi yang akan dipelajarinya.
Dengan
demikian, diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan.
Proses pembelajarn tidak dapat dipisahkan antara pengetahuan awal siswa dengan
materi yang akan diajarkan, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai
batu loncatan, guru hendaknya berusaha
menghubungkan terlebih dahulu bahan
pelajaran yang akan disampaikan dengan bahan pelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa berupa
pengetahuan awal yang telah diketahui
dari pelajaran yang sebelumnya atau
dari pengalaman siswa.
Inilah yang dimaksud
dengan apersepsi. Jadi dengan
kata lain apersepsi adalah suatu gejala
jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk
ke dalam kesadaran seseorang dan
berkaitan dengan kesan-kesan lama
yang sudah dimiliki disertai
proses pengolahan sehingga menjadi kesan yang lebih luas.
Belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku
yang relatif tetep, proses perubahan ini tidak terjadi sekaligus terapi terjadi
secara bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi
siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor
intern
berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang menunjang
pembelajaran seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan
segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang menkondisikannya dalam
pembelajaran seperti pengalaman, lingkungan sosial, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, fasilitas belajar dan dedikasi
guru.
Keberhasilan
siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih
lancar dalam mencapai tahap selanjutnya. Apersepsi yang dilakukan pada tahap
awal pembelajaran pada umumnya dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan.
Namun demikian berdasarkan fakta di
lapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya tatkala siswa
dihadapkan pada permasalahan inti dalam
proses pembelajaran.
Ketidakbisaan
siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses menemukan konsep ternyata
sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu apersepsi, yang akhirnya tujuan
akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan
pada peristiwa dan pengalaman
empirik tersebut, maka peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan
untuk meneliti hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa
pada
pembelajaran IPS di Kelas IV
SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
B.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Peneliti
dapat merumuskan masalah yaitu dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan.
Berikut adalah rumusan masalah pada penelitian ini:
1. Bagaimana
apersepsi dalam pembelajaran IPS
di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
2. Bagaimana hasil belajar siswa di Kelas IV SD
Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
3. Adakah hubungan antara apersepsi dengan hasil
belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
identifikasi dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apersepsi pembelajaraan pada
pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat
Penelitian
Kegunaan
dari penelitian yang dilaksanakan di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes
Kota Tasikmalaya, antara lain:
1. Bagi peneliti sebagai calon guru, hasil penelitian
ini dapat menambah wawasan tentang apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas IV.
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi untuk menambah
wawasan tentang apersepsi pada
pembelajaran IPS di Kelas IV.
3. Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi dan sebagai bahan masukan yang positif, sehingga
pendidik senantiasa dapat mengarahkan dan mengembangkan kegiatan apersepsi pada
pembelajaran IPS di Kelas IV.
E. Kerangka
Berfikir
Dalam
penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yaitu apersepsi sebagai variabel bebas (Independent Variable)
yang dilambangkan dengan "X" dan hasil belajar siswa sebagai variabel
terikat (Dependent Variable) yang dilambangkan dengan "Y". Untuk
indikator-indikator apersepsi dilambangkan
dengan X1, X2, X3 dan X4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema
berikut:
F. Anggapan
Dasar
Menurut
Arikunto (2006:65) “anggapan dasar merupakan titik tolak yang kebenarannya
diterima oleh penyelidik”. Adapun yang menjadi anggapan dasar pada penelitian
mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di Kelas IV SD
Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, adalah: Tahap awal pembelajaran
adalah waktu yang paling penting, karena sangat menentukan keseluruhan proses
pembelajaran. Peranan guru pada awal pembalajaran adalah untuk menciptakan
kondisi yang menyenangkan dan kondusif.
Untuk menciptakan kondisi tersebut guru dapat melakukannya dengan cara membangun apersepsi. Artinya,
guru mencoba mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan
apa yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran.
G. Hipotesis Penelitian
Nasution
(dalam Ety Rochaety dkk, 2000:31) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya harus diuji secara
empiris. Adapun hipotesis pada
penelitian ini adalah “tingginya
kompetensi guru dalam memberikan apersepsi
berpengaruh terhadap tingginya hasil
belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya”.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Apersepsi
Pembelajaran
Keberhasilan
proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir pembelajaran yang telah
ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal pembelajaran yang
dilakukan guru. Fungsi dari kegiatan
awal pembelajaran adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif
sehingga siswa siap secara penuh untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan
awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan siswa yang
langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Selain itu kegiatan awal
dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran, menjelaskan kegiatan yang akan
dilalui siswa, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan
materi yang akan dipelajari.
Salah
satu cara untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan dibahas
adalah dengan membuat kaitan. Siswa akan tertarik dengan materi yang akan
dipelajari apabila mereka melihat kaitan/hubungan dengan pengalaman mereka
sebelumnya atau sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan
tentang bahan pelajaran yang mempunyai kaitan dan sudah dipelajari sebelumnya.
Bimbing siswa agar mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang
akan dibahas jika memang ada. Ceritakan tentang manfaat yang diperoleh dari
materi yang akan dipelajari.
1.
Pengertian Apersepsi Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang
segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan
serta landasan untuk menerima ide-ide baru.
Apersepsi berasal dari kata
”Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan
dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi
dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan
sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan
yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Menurut Nurhasnawati, apersepsi
bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang
berjudul Strategi Pengajaran Mikro
yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu
dihubungkan dengan hal-hal yang telah
dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta
sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Apersepsi adalah getaran-getaran tanda yang diterima
oleh seorang individu atas suatu obyek tertentu. Obyek tersebut bisa berupa
suatu benda, gejala alam atau sosial, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
seseorang. Apersepsi atau getaran-getaran tersebut diterima melalui panca indra
yang kita miliki. Proses penerimaan apersepsi inilah yang kita sebut sebagai
persepsi.
2. Tujuan
Apersepsi Pembelajaran
Secara
khusus apersepsi yang dibangun oleh guru dalam
tahap awal pembelajaran memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:
a.
Dalam permulaan
pelajaran guru meninjau kembali sampai
sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa
dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum
materi pelajaran terdahulu.
b.
Membandingkan
pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat
kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
c.
Guru menjelaskan
konsep atau pengertian
dari materi yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan karena materi
yang akan dipelajari sama sekali materi baru.
3.
Pembentukan Apersepsi Pembelajaran
Guru
sebelum melakukan apersepsi pembelajaran terlebih dahulu harus mengetahui empat
pilar pembentuk apersepsi pembelajaran.
a) Pilar pertama adalah menciptakan alfa zone.
Setelah bertatap muka
dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Kesiapan paling
untuk memasukkan fakta dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite
otak sudah harmonis.
Menciptakan alfa zone
didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik, brain gym,
dan serangkaian ice breaking lainnya yang
tak harus ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Tak perlu
semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa yang
diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah
siswa bisa tertarik.
b) Pilar ke-dua warmer
Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika
pertemuan itu bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk
pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan
yang sudah dimiliki siswa.
4.
Menciptakan Kondisi Belajar yang Menyenangkan
Dalam
menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
tentunya setiap guru mempunyai trik dan teknik tersendiri. Dengan bertujuan yang sama yakni, bagaimana materi
pelajaran bisa disampaikan dan siswa dapat menyerap dengan mudah, berbekas dan
bisa mengaplikasikannya, atau paling tidak siswa cepat mengerti dengan baik.
Semua itu bisa dilihat ketika pelaksanaan evaluasi.
B. Hasil
Belajar
Hasil
belajar adalah kemampuan, kecakapan yang
di peroleh siswa setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur
dengan angka dandiukur
dengan
menggunakan tes hasil belajar.
Berdasarkan
teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga
kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya
adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik,
manipulasi benda-benda, koordinasineuromuscular (menghubungkan, mengamati).
C. Hakikat
Pembelajaran IPS
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajarai kehidupan
sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,sosiologi,
antropologi, tata negara dan sejarah. IPS adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan yang
meliputi perilaku dan interaksi manusia dimasa kini dan masa lalu. IPS tidak
memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberi tinjauan yang luas terhadap masyarakat. (Wikipedia
Bahasa Indonesia, 2009).
“pengetahuan
sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan “
(Kurikulum SD, 2004). Ternyata IPS bukan disiplin ilmu tersendiri, melainkan
merupakan kajian dari beberapa konsep ilmu sosial itu diharapkan siswa dapat
mengetahui masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja
masalah “kenakalan remaja” dapat dikaji dari berbagai ilmu sosial yaitu
ekonomi, sosiologi, psikologi sosial dan lain-lain.
1.
Karakteristik Pembelajaran IPS
Siti J, (Djahiri dalam
sapriya dkk, 2006:8) mengemukakan bahwa
kakteristik
IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial
lainnya
(geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan lain-lain ) adalah sebagai
berikut
:
a.
IPS berusaha
mempertautkan teori ilmu denagn fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi
ilmu). Penelaahan dan pembahasan IPS
tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat
komperehensif (meluas dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai
konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah suatu
masalah/tema/topic.
b.
Mengutamakan
peran aktif siswa melalui proses inkuiri agar siswa mampu mengembangkan
berfikir kritis, rasional dan analis.
Program pem,belajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai
disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat,
pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan
dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
c.
IPS dihadapkan
secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga
titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap
dan aktif pada diri siswa agar siswa memilki kebiasaan dan kemahiran untuk
menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
d.
IPS mengutamakan
hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia dan bersifat manusiawi.
Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuab semata, juga nilai dan
keterampilannya. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui
program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan
masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
e.
Dalam
pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip,
karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan ciri IPS itu sendiri.
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS
“IPS
di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,sikap, dan
keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia “(Kurikulum,
2004)
Pengetahuan
dimaksudkan siswa diharapkan dapat mengembangkan sejumlah informasi, fakta
maupun data untuk kepentingan masyarakat. Nilai dimaksudkan bahwa siswa diharapkan
dapat mengembangkan sejumlah nilai atau norma yang berlaku ditengah masyarakat
dimana mereka berada. Mengembangkan sikap
dimaksud siswa telah belajar IPS dapat memilki sikap-sikap positif
terhadap informasi, peristiwa dan fakta yang ada dimasyarakat sekitarnya, dan
keterampilan-keterampilan tertentu yang harus dimilki siswa sebagai anggota
masyarakat dan negara Indonesia. Fungsi-fungsi tersebut diatas akan dpat
terwujud bila guru dapat melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan
menggunakan contoh-contoh dan alat pelajaran yang relevan dengan tingkat
perkembangan siswa di Sekolah Dasar.
3. Pentingnya
Pengajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran yang mengajarkan pada siswa SD/MI agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan fenomena
sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai pada lingkungan yang lebih jauh
(dunia).Negara Indonesia diperoleh dan dibangun dengan pengorbanan dan
perjuangan yang luar biasa dari para pahlawannya sehingga menjadi negara
kesatuan seperti sekarang ini, indonesia memilki populasi yang sangat besar
dengan berbagai perbedaan strata sosial, ras, suku, agama dan kebudayaan. Semua
itu perlu dipelajari, dipahami dan disadari melalui proses pembelajaran
sehingga timbul rasa persatuan, patriotisme, nasionalisme dan etos kerja negara
Indonesia sejajar dengan negara dan bangsa lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Metode
penelitian adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan penelitian.
Berdasarkan tingkat permasalahan, menurut Ridwan (2006:164) metode penelitian
kuantitatif terbagi menjadi 3,
diantaranya sebagai berikut:
1. yang bersifat
deskriftif, yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan menghubungkan
dengan variabel lain, hanya studi
literature saja.
2. Permasalahan komparatif, yaitu permasalahan yang
menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih.
3. Permasalahan assosiatif, yaitu permasalahan yang
menghubungkan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Penelitian
yang digunakan ini adalah penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini, hasil
yang didapatkan dari penelitian akan disajikan dalam bentuk angka. Metode yang
digunakan dalam melaksanakan penelitian yaitu dengan menggunakan metode
assosiatif atau korelasional. Korelasi
diberi pengertian sebagai hubungan antar dua variabel atau lebih (Sudijono,
Anas, 2005: 179).
Metode
assosiatif atau korelasioanal yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa hal yang diteliti bersifat assosiatif yaitu meneliti ada tidaknya
hubungan antara dua variabel yaitu apersepsi pembelajaran dan hasil
belajar siswa Karena termasuk kategori penelitian kuantitatif korelasi, maka
variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu variabel
dependent merupakan variabel yang dipengaruhi, dan variabel independent yaitu
variabel bebas ( Sudijono, Anas, 2005: 179-180). Dalam penelitian ini yang
termasuk variabel dependent (Y) adalah hasil belajar, sedangkan yang termasuk
variabel independent (X) yaitu
apersepsi, artinya variabel X berkorelasi dengan variabel Y.
Menurut
Ruswandi Hermawan dkk (2010:43) menyatakan bahwa paradigma penelitian terdiri
atas satu variabel independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan :
Pada
Penelitian tentang hubungan komunikasi belajar siswa dan prestasi belajar ini
menggunakan metode kuantitatif korelasi. Menurut Ruswandi Hermawan dkk
(2010:43) menyatakan bahwa paradigma penelitian terdiri atas satu variabel
independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan:
B.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannyaa (Sugiyono, 2009:61).
Berdasarkan landasn
teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian
maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas : Apersepsi pembelajaran
b. Variabel terikat : Hasil belajar
2. Definisi operasional variabel
Untuk menghindari
terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan variabel yang diteliti maka
variabel yang dikemukakan di atas dijelaskan sebagai berikut :
a.
Apersepsi
pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai
batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah
menyerap pelajaran baru.
b.
Hasil belajar
adalah kemampuan, kecakapan yang di
peroleh siswa setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur
dengan angka dandiukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
c.
Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) ialah suatu program pendidikanyang merupakan suatu keseluruhan
yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti
geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara.
C.
Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi penelitian
Pada penelitian yang
berjudul Hubungan Antara Apersepsi
dengan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di
Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya ini, peneliti mengambil lokasi
penelitian di SD Perumnas 2 yang beralamat di Jalan Raya Nusa Indah Perum
Cisalak Kota Tasikmalaya
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling
nonprobability sampling, Menurut Sugiyono (2007:124) teknik sampling
noprobability yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang atau kesemapatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi
untuk
dipilih menjadi sampel.
Adapun pengambilan
sampling yang digunakan peneliti adalah sampling jenuh karena semua populasi digunakan sebagai sampel yaitu
banyaknya seluruh siswa 27 orang semuanya dijadikan sampel.
D.
Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono
(2009;148) bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alm maupun sosial
yang di amati. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel penelitian.
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau kuisioner, yaitu
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi (data)
tentang apersepsi pembelajaran.
Penyusunan angket apersepsi pembelajaran terdiri atas
empat dimensi yaitu (1) memberi
pertanyaan, (2) mengulang materi
sebelumnya, (3) menciptakan kondisi belajar, dan (4) memberikan motivasi.
Pemberian skor
menggunakan skala Likert (Sugiono, 2001: 73) yang terdiri dari lima alternatif
jawaban yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (ST). Pemberian skor untuk tiap item adalah
sebagai berikut; untuk pernyataan positif SS=5, S=4, 25 R=3, TS=2 dan ST=1.
Sebaliknya untuk pernyataan negatif SS=1, S=2, R=3,
TS=4
dan ST=5.
Sedangkan tes hasil
belajar IPS yang digunakan adalah pilihan ganda dengan empat option. Penyusunan
tes hasil belajar IPS ini diawali dengan
menyusun kisi-kisi yang memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada
semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tes tersebut adalah
45 menit. Sebelum instrumen tersebut digunakan untuk penelitian terlebih dahulu
instrumen diuji coba untuk memperoleh validitas (empirik) setiap butir dan
reliabilitas instrumen.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Langkah
pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah
penelitian.Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui alat pengumpul
data primer berupa tes penguasaan konsep
dalam bentuk tes objektif, lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan
model dan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
1. Tes Penguasaan konsep
Tes
digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa pada ranah
kognitif.Aspek kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek hapalan (C1),
pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) dan terdiri dari berbagai soal yang memiliki
tingkat kesukaran yang berbeda-beda serta disesuaikan dengan indikator soal. Tes yang digunakan untuk pretest dan
posttest merupakan tes yang sama.
2. Lembar observasi
Observasi
kelas dilakukan terhadap guru pengajar. Observasi terhadap guru yang dilakukan
oleh observer bertujuan untuk menilai kesesuaian antara rencana pembelajaran
dengan pelaksanaan di kelas dan observasi keterlaksanaan model
pembelajaran.Instrumen ini berbentuk rating scale, dimana observer hanya
memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang
observasi. Observasi yang telah disusun tidak diujicobakan, tetapi di
koordinasikan kepada guru dan observer yang akan mengikuti dalam proses
penelitian agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap format observasi
tersebut.
3. Angket
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi (data) tentang apersepsi
pembelajaran. Penyusunan angket apersepsi pembelajaran terdiri atas empat
dimensi yaitu (1) memberi pertanyaan, (2) mengulang materi sebelumnya, (3)
menciptakan kondisi belajar, dan (4)
memberikan motivasi.
F. Teknik
Analisis Data
Untuk
menganalisis dan menginterpretasi data yang diperoleh, analisis statistik yang
akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik inferensial parametrik. Oleh karena itu ada
beberapa syarat atau asumsiyang harus di penuhi yaitu:
1. Uji Normalitas Data
Uji
normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh peneliti
berdistribusi normal atau tidak. Jika
data tersebut berdistribusi normal, maka
data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik. Dan jika data yang
diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non
parametrik.
Data yang perlu diuji normalitas pada
penelitian ini adalah dua kelompok yaitu: kelompok data (X) untuk variabel apersepsi pembelajaran dan data (Y) untuk
variabel hasil belajar siswa.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Korelasi
Setelah dilakukan uji
normalitas data, kemudian dilakukan uji hipotesis dengan mengkorelasikan antara
dua variabel yang berbeda yaitu hubungan antara
apersepsi pembelajaran (X) dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPS (Y). Tujuannya adalah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara
apersepsi pembelajaran (X) dengan
hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPS di Kelas IV
Sekolah Dasar Perumnas
2 Tasikmalaya. Analisis korelasi yang akan digunakan penelitia adalah Korelasi Person Product Moment (r).
dengan
rumus sebagai berikut:
b. Koefisien Determinan
Uji koefisien determinan
digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X (variable bebas)
terhadap Y (variabel terikat) yang ditentukan dengan rumus koefisien
determinan. Dengan kata lain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variable
X (apersepsi pembelajaran) mempunyai kontribusi atau ikut menentukan variable
Y (hasil
belajar siswa). Derajat koefisien determinan dicari dengan menggunakan
rumus :
Dimana
:
KP = Nilai Koefisien Determinan
r = Nilai Koefisien Korelasi
c.
Hipotesis Statistik
Hipotesis
dalam pnelitian ini adalah:
Ho : ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan)
Ha : ρ ≠ 0 (berarti ada hubungan)
DAFTAR PUSTAKA
Bimo
Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Danang
Sunyoto. (2007). Analisis Apresiasis
Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: Amara Books.
Dian
Wahyuningsih. (2010). Pengaruh Motivasi Berprestasi, Persepsi Siswa tentang
Metode Mengajar Guru, dan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1
Juwiring Klaten Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Dwi
Siswoyo. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT.Bumi Aksara
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamzah
B. Uno. (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Haris
Mudjiman. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS PRESS.
Haryono
Jusup. (2009). Dasar-Dasar Akuntansi Jilid I. Yogyakarta: STIE YKPN.
M
Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mohammad
Ali & Mohammad Asrosi. (2005).
Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhibbin
Syah. (2008). Psikologi Pendidikan
dengan Pendidikan Baru Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaefudin, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: CV. Alfabeta.
S.Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
S.Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Usman, M.Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional Pelajaran
IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
DOWNLOAD FILE DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar