Pages

Rabu, 14 Agustus 2013

PROPOSAL UBUNGAN ANTARA APERSEPSI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan IPS merupakan dasar untuk mengembangkan tujuan kurikulum yaitu membentuk warga negara yang baik dalam suatu masyarakat demokratis di tengah globalisasi dan pembentukan intelektual dalam membina kesadaran, baik secara pribadi, anggota masyarakat, budaya serta  intelektual siswa dalam memecahkan masalah sosial (Hennings, 1989). Sebagai suatu bidang ilmu, IPS membekali intelektual siswa dalam membina kesadaran hidup di tengah masyarakat yang komplek dan heterogen, sehingga dapat membentuk pribadi yang mandiri. Partisipasi dan peran aktif siswa memecahkan masalah sangat menunjang dalam menentukan keputusan hidup bermasyarakat (Skeet, 1995).
IPS sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu saja lebih dari itu membekali juga sikap atau  nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat sehingga mereka dapat mengetahui lingkungan, masyarakat dan bangsa  dengan berbagai karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dasar seharusnya berlandas kepada kondisi nyata di lingkungan masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia. Sehingga siswa tidak merasakan terasingkan di lingkangan masyarakatnya sendiri.
Mempelajari IPS pada dasarnya berfungsi mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa  lampau  hingga masa kini. Sedangkan tujuannya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan nilai dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia.
Salah satu faktor yang menyebabkan permasalahan terjadi pada pembelajaran IPS adalah bagaimana proses bembelajaran yang dilakukan guru. Mengingat fungsi utama guru adalah mulai dari sebelum masuk kelas, di dalamkelas hingga ke luar kelas, yaitu  merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses  pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak dari semua konsep, gagassan, kebijakan, tujuan pendidikan nasional.
Masa usia sekolah dasar berlangsung dari usia 6-12 tahun, dalam pendidikan formalnya dibagi menjadi dua, yaitu masa kelas rendah dan kelas tinggi  dengan  karakter yang berbeda  pada  tiap kelasnya. Untuk itu, penyajian pembelajaran IPS hendaknya bervariasi baik dari segi materi, metoda maupun pendekatannya yang sesuai dengan karakteristik perkembangan masing-masing siswa. Selain itu pembelajaran di sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip latar siswa, yakni belajar sambil bekerja, belajar sambil bermain, dan keterpaduan.
Sebagai salah satu institusi pendidikan formal yang bertujuan untuk mengembangkan dan melatih potensi anak, sekolah dasar perlu  melakukan pengorganisasian pendidikan. Termasuk dalam proses pembelajaran hendaknya dipersiapkan secara baik agar mampu melahirkan siswa yang memiliki karakter-karakter  positif. Proses pembelajaran harus mampu mengarahkan siswa sebagai subjek yang berperan  aktif dalam kehidupannya. Siswa perlu mendapatkan bimbingan, motivasi, dan peluang untuk belajar serta mempelajari hal-hal yang akan diperlukan dalam kehidupannya.
Bagi siswa sekolah dasar, belajar akan lebih bermakna jika apa yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman dan perkembangan pengetahuan awalnya. Untuk itu, guru harus kreatif dalam mendesain metode pembelajaran yang disenangi dan bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan awalnya dengan materi yang akan dipelajarinya.
Dengan demikian, diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan. Proses pembelajarn tidak dapat dipisahkan antara pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan diajarkan, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu  loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan  terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan bahan pelajaran  yang  telah   dikuasai oleh siswa berupa pengetahuan awal yang  telah diketahui dari pelajaran yang  sebelumnya  atau  dari  pengalaman  siswa.  Inilah  yang  dimaksud  dengan apersepsi.  Jadi dengan kata  lain apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk  ke  dalam kesadaran seseorang  dan  berkaitan  dengan kesan-kesan lama yang sudah  dimiliki  disertai  proses  pengolahan  sehingga menjadi kesan yang lebih luas.
Belajar merupakan proses perubahan  tingkah laku yang relatif tetep, proses perubahan ini tidak terjadi sekaligus terapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra  dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang menkondisikannya dalam pembelajaran seperti pengalaman, lingkungan sosial, metode  pembelajaran, strategi  pembelajaran, fasilitas belajar dan dedikasi guru.
Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya. Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada umumnya dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian berdasarkan fakta di  lapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya tatkala siswa dihadapkan pada permasalahan inti dalam  proses pembelajaran.
Ketidakbisaan siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses menemukan konsep ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu apersepsi, yang akhirnya tujuan akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan pada  peristiwa dan pengalaman empirik  tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS  di  Kelas IV  SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.


B.  Identifikasi dan Rumusan Masalah
Peneliti dapat merumuskan masalah yaitu dalam bentuk  pertanyaan-pertanyaan.  Berikut  adalah  rumusan masalah  pada penelitian ini:
1.      Bagaimana  apersepsi dalam pembelajaran IPS  di  Kelas IV  SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
2.      Bagaimana hasil belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
3.      Adakah hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?

C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apersepsi pembelajaraan pada pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
2.      Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
3.      Untuk mengetahui hubungan antara  apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.



D.  Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian yang dilaksanakan di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, antara lain: 
1.      Bagi peneliti sebagai calon guru, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas IV.
2.      Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk menambah  wawasan  tentang apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas IV.
3.      Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan sebagai bahan masukan yang positif, sehingga pendidik senantiasa dapat mengarahkan dan mengembangkan kegiatan apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas IV.

E.  Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini terdiri dari dua  variabel, yaitu  apersepsi  sebagai variabel bebas (Independent Variable) yang dilambangkan dengan "X" dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (Dependent Variable) yang dilambangkan dengan "Y". Untuk indikator-indikator apersepsi  dilambangkan dengan X1, X2, X3 dan X4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut:
F.  Anggapan Dasar
Menurut Arikunto (2006:65) “anggapan dasar merupakan titik tolak yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Adapun yang menjadi anggapan dasar pada penelitian mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, adalah: Tahap awal pembelajaran adalah waktu yang paling penting, karena sangat menentukan keseluruhan proses pembelajaran. Peranan guru pada awal pembalajaran adalah untuk menciptakan kondisi  yang menyenangkan dan kondusif. Untuk menciptakan kondisi tersebut guru dapat melakukannya  dengan cara membangun apersepsi.  Artinya,  guru mencoba mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

G. Hipotesis Penelitian
Nasution (dalam Ety Rochaety dkk, 2000:31) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya harus diuji secara empiris. Adapun hipotesis  pada penelitian ini adalah  “tingginya kompetensi guru dalam memberikan apersepsi  berpengaruh terhadap tingginya hasil  belajar siswa di  Kelas IV  SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya”.



BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.  Apersepsi Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir pembelajaran yang telah ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan  guru. Fungsi dari kegiatan awal pembelajaran adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif sehingga siswa siap secara penuh untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Selain itu kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjelaskan kegiatan yang akan  dilalui siswa, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari.
Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan dibahas adalah dengan membuat kaitan. Siswa akan tertarik dengan materi yang akan dipelajari apabila mereka melihat kaitan/hubungan dengan pengalaman mereka sebelumnya atau sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang mempunyai kaitan dan sudah dipelajari sebelumnya. Bimbing siswa agar mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas jika memang ada. Ceritakan tentang manfaat yang diperoleh dari materi yang akan dipelajari.

1.      Pengertian Apersepsi Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru.
Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan  yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro  yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan  dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Apersepsi adalah getaran-getaran tanda yang diterima oleh seorang individu atas suatu obyek tertentu. Obyek tersebut bisa berupa suatu benda, gejala alam atau sosial, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Apersepsi atau getaran-getaran tersebut diterima melalui panca indra yang kita miliki. Proses penerimaan apersepsi inilah yang kita sebut sebagai persepsi.
2.  Tujuan Apersepsi Pembelajaran
Secara khusus apersepsi yang dibangun oleh guru dalam  tahap awal pembelajaran memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut: 
a.       Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali  sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.
b.      Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal  ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai. 
c.       Guru menjelaskan konsep  atau  pengertian  dari materi yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru.

3.  Pembentukan Apersepsi Pembelajaran
Guru sebelum melakukan apersepsi pembelajaran terlebih dahulu harus mengetahui empat pilar pembentuk apersepsi pembelajaran. 

a)  Pilar pertama adalah menciptakan alfa zone.
Setelah bertatap muka dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Kesiapan paling untuk memasukkan fakta dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah harmonis.
Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik, brain gym, dan serangkaian ice breaking lainnya yang  tak harus ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Tak perlu semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa yang diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah siswa bisa tertarik.

b)      Pilar ke-dua warmer
Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

4.  Menciptakan Kondisi Belajar yang Menyenangkan
Dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan  tentunya setiap guru mempunyai trik dan teknik tersendiri. Dengan   bertujuan yang sama yakni, bagaimana materi pelajaran bisa disampaikan dan siswa dapat menyerap dengan mudah, berbekas dan bisa mengaplikasikannya, atau paling tidak siswa cepat mengerti dengan baik. Semua itu bisa dilihat ketika pelaksanaan evaluasi.

B.  Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan, kecakapan  yang di peroleh siswa setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur dengan angka dandiukur
dengan menggunakan tes hasil belajar. 
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1.  Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari  enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2.      Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3.      Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasineuromuscular (menghubungkan, mengamati).

C.  Hakikat Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajarai kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah. IPS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan yang meliputi perilaku dan interaksi manusia dimasa kini dan masa lalu. IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberi tinjauan  yang luas terhadap masyarakat. (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009).
“pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan “ (Kurikulum SD, 2004). Ternyata IPS bukan disiplin ilmu tersendiri, melainkan merupakan kajian dari beberapa konsep ilmu sosial itu diharapkan siswa dapat mengetahui masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja masalah “kenakalan remaja” dapat dikaji dari berbagai ilmu sosial yaitu ekonomi, sosiologi, psikologi sosial dan lain-lain.
1.   Karakteristik Pembelajaran IPS 
Siti J, (Djahiri dalam sapriya dkk,  2006:8) mengemukakan bahwa
kakteristik IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial
lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan lain-lain ) adalah sebagai
berikut :
a.         IPS berusaha mempertautkan teori ilmu denagn fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu). Penelaahan  dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komperehensif (meluas dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah suatu masalah/tema/topic.
b.        Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses inkuiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional  dan analis. Program pem,belajaran disusun dengan meningkatkan  atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
c.         IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memilki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
d.        IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia dan bersifat manusiawi. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuab semata, juga nilai dan keterampilannya. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
e.         Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan ciri IPS itu sendiri.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS 
“IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia “(Kurikulum, 2004)
Pengetahuan dimaksudkan siswa diharapkan dapat mengembangkan sejumlah informasi, fakta maupun data untuk kepentingan masyarakat. Nilai dimaksudkan bahwa siswa diharapkan dapat mengembangkan sejumlah nilai atau norma yang berlaku ditengah masyarakat dimana mereka berada. Mengembangkan sikap  dimaksud siswa telah belajar IPS dapat memilki sikap-sikap positif terhadap informasi, peristiwa dan fakta yang ada dimasyarakat sekitarnya, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang harus dimilki siswa sebagai anggota masyarakat dan negara Indonesia. Fungsi-fungsi tersebut diatas akan dpat terwujud bila guru dapat melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan contoh-contoh dan alat pelajaran yang relevan dengan tingkat perkembangan siswa di Sekolah Dasar.

3.  Pentingnya Pengajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial    (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan pada siswa SD/MI agar mereka  kelak mengenal fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai pada lingkungan yang lebih jauh (dunia).Negara Indonesia diperoleh dan dibangun dengan pengorbanan dan perjuangan yang luar biasa dari para pahlawannya sehingga menjadi negara kesatuan seperti sekarang ini, indonesia memilki populasi yang sangat besar dengan berbagai perbedaan strata sosial, ras, suku, agama dan kebudayaan. Semua itu perlu dipelajari, dipahami dan disadari melalui proses pembelajaran sehingga timbul rasa persatuan, patriotisme, nasionalisme dan etos kerja negara Indonesia sejajar dengan negara dan bangsa lain.




BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Desain Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan tingkat permasalahan, menurut Ridwan (2006:164) metode penelitian kuantitatif  terbagi menjadi 3, diantaranya sebagai berikut:
1.       yang bersifat deskriftif, yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain, hanya studi  literature saja.
2.      Permasalahan komparatif, yaitu permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih.
3.      Permasalahan assosiatif, yaitu permasalahan yang menghubungkan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. 
Penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan dari penelitian akan disajikan dalam bentuk angka. Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian yaitu dengan menggunakan metode assosiatif atau korelasional.  Korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antar dua variabel atau lebih (Sudijono, Anas, 2005: 179). 
Metode assosiatif atau korelasioanal yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa hal yang diteliti bersifat assosiatif yaitu meneliti ada tidaknya hubungan antara dua  variabel  yaitu apersepsi pembelajaran dan hasil belajar siswa Karena termasuk kategori penelitian kuantitatif korelasi, maka variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi, dan variabel independent yaitu variabel bebas ( Sudijono, Anas, 2005: 179-180). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel dependent (Y) adalah hasil belajar, sedangkan yang termasuk variabel independent (X) yaitu  apersepsi, artinya variabel X berkorelasi dengan variabel Y.
Menurut Ruswandi Hermawan dkk (2010:43) menyatakan bahwa paradigma penelitian terdiri atas satu variabel independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan :
Pada Penelitian tentang hubungan komunikasi belajar siswa dan prestasi belajar ini menggunakan metode kuantitatif korelasi. Menurut Ruswandi Hermawan dkk (2010:43) menyatakan bahwa paradigma penelitian terdiri atas satu variabel independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan:
B.  Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1.  Variabel penelitian 
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannyaa (Sugiyono, 2009:61).
Berdasarkan landasn teori yang ada serta rumusan hipotesis  penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a.  Variabel bebas  : Apersepsi pembelajaran
b.  Variabel terikat  : Hasil belajar

2.  Definisi operasional variabel
Untuk menghindari terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan variabel yang diteliti maka variabel yang dikemukakan di atas dijelaskan sebagai berikut :
a.       Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
b.      Hasil belajar adalah kemampuan, kecakapan  yang di peroleh siswa setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur dengan angka dandiukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
c.       Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah suatu program pendidikanyang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara.

C.  Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian
1.  Lokasi penelitian 
Pada penelitian yang berjudul Hubungan Antara  Apersepsi dengan  Hasil Belajar  Siswa pada Pembelajaran IPS  di  Kelas IV  SD Perumnas 2  Kecamatan  Cipedes  Kota  Tasikmalaya ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di SD Perumnas 2 yang beralamat di Jalan Raya Nusa Indah Perum Cisalak Kota Tasikmalaya

2.  Populasi dan Sampel Penelitian 
Dalam penelitian ini menggunakan teknik  sampling nonprobability sampling, Menurut Sugiyono (2007:124) teknik sampling noprobability  yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesemapatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
Adapun pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah sampling jenuh karena  semua populasi digunakan sebagai sampel yaitu banyaknya seluruh siswa 27 orang semuanya dijadikan sampel.

D.  Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009;148) bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi  instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alm maupun sosial yang di amati. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi (data) tentang  apersepsi pembelajaran.
Penyusunan angket  apersepsi pembelajaran  terdiri atas  empat  dimensi yaitu (1) memberi pertanyaan, (2)  mengulang materi sebelumnya, (3)  menciptakan  kondisi belajar, dan  (4) memberikan motivasi.
Pemberian skor menggunakan skala Likert (Sugiono, 2001: 73) yang terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (ST). Pemberian skor untuk tiap item adalah sebagai berikut; untuk pernyataan positif SS=5, S=4, 25 R=3, TS=2 dan ST=1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif SS=1, S=2, R=3,
TS=4 dan ST=5.
Sedangkan tes hasil belajar IPS yang digunakan adalah pilihan ganda dengan empat option. Penyusunan tes hasil belajar IPS  ini diawali dengan menyusun kisi-kisi yang memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Waktu yang  digunakan untuk menyelesaikan tes tersebut adalah 45 menit. Sebelum instrumen tersebut digunakan untuk penelitian terlebih dahulu instrumen diuji coba untuk memperoleh validitas (empirik) setiap butir dan reliabilitas instrumen.

E.  Teknik Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian.Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui alat pengumpul data primer berupa  tes penguasaan konsep dalam bentuk tes objektif, lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model dan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
1.  Tes Penguasaan konsep
Tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa pada ranah kognitif.Aspek kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek hapalan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) dan terdiri dari berbagai soal yang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda serta disesuaikan dengan indikator  soal. Tes yang digunakan untuk pretest dan posttest merupakan tes yang sama.
2.  Lembar observasi
Observasi kelas dilakukan terhadap guru pengajar. Observasi terhadap guru yang dilakukan oleh observer bertujuan untuk menilai kesesuaian antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan di kelas dan observasi keterlaksanaan model pembelajaran.Instrumen ini berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang observasi. Observasi yang telah disusun tidak diujicobakan, tetapi di koordinasikan kepada guru dan observer yang akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap format observasi tersebut.
3.  Angket
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau  kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi (data) tentang apersepsi pembelajaran. Penyusunan angket apersepsi pembelajaran terdiri atas empat dimensi yaitu (1) memberi pertanyaan, (2) mengulang materi sebelumnya, (3) menciptakan kondisi belajar, dan  (4) memberikan motivasi.

F.  Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis dan menginterpretasi data yang diperoleh, analisis statistik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik  inferensial parametrik. Oleh karena itu ada beberapa syarat atau asumsiyang harus di penuhi yaitu:
1.  Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak.  Jika data tersebut berdistribusi normal,  maka data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik. Dan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. 
  Data yang perlu diuji normalitas pada penelitian ini adalah dua kelompok yaitu: kelompok data (X) untuk variabel  apersepsi pembelajaran dan data (Y) untuk variabel hasil belajar siswa. 
2.  Uji Hipotesis
a.  Analisis Korelasi
Setelah dilakukan uji normalitas data, kemudian dilakukan uji hipotesis dengan mengkorelasikan antara dua variabel yang berbeda yaitu hubungan antara  apersepsi pembelajaran  (X)  dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS  (Y). Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara  apersepsi pembelajaran (X)  dengan hasil  belajar siswa pada pembelajaran IPS  di Kelas  IV
Sekolah Dasar Perumnas 2 Tasikmalaya. Analisis korelasi yang akan digunakan penelitia adalah  Korelasi Person Product Moment (r).
dengan rumus sebagai berikut:
b.  Koefisien Determinan 
Uji koefisien determinan digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X (variable bebas) terhadap Y (variabel terikat) yang ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Dengan kata lain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variable X (apersepsi pembelajaran) mempunyai kontribusi atau ikut menentukan variable Y  (hasil  belajar siswa). Derajat koefisien determinan dicari dengan menggunakan rumus :
Dimana :
KP    = Nilai Koefisien Determinan
r  = Nilai Koefisien Korelasi

c.  Hipotesis Statistik
Hipotesis dalam pnelitian ini adalah:
Ho : ρ  = 0 (berarti tidak ada hubungan)
Ha : ρ  ≠ 0 (berarti ada hubungan)



DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Danang Sunyoto. (2007).  Analisis Apresiasis Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: Amara Books.
Dian Wahyuningsih. (2010). Pengaruh Motivasi Berprestasi, Persepsi Siswa tentang Metode Mengajar Guru, dan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Juwiring Klaten Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Dwi Siswoyo. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993.  Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamzah B. Uno. (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Haris Mudjiman. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS PRESS.
Haryono Jusup. (2009). Dasar-Dasar Akuntansi Jilid I. Yogyakarta: STIE YKPN.
M Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mohammad Ali & Mohammad Asrosi. (2005).  Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhibbin Syah. (2008).  Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaefudin, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta.
S.Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Usman, M.Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


DOWNLOAD FILE DI SINI
KHASANAH ILMU
JUJUR - MUDAH - MURAH
http://khasanahilmuu.blogspot.com/2013/08/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About