Pages

Rabu, 14 Agustus 2013

Pembelajaran Berbicara dengan Metode Problem Solving pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh




BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia yaitu siswa dapat terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat aspek penting, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses pelaksanaannya keempat aspek tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. “keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan catur tunggal”(Tarigan; 1985 :1).
Pada proses pembelajaran di lapangan, seorang guru bahasa Indonesia dituntut untuk memberikan yang terbaik dalam mencapai semua aspek keterampilan tersebut. Guru berperan sebagai fasilitator, ataupun motivator dituntut dapat melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan efektif sehingga, diharapkan keempat aspek keterampilan berbahasa tadi dapat dikuasai siswa. Namun dalam kenyataannya, proses pembelajaran bahasa Indonesia masih sering dianggap menjenuhkan.
Salah satunya, penulis menyoroti pelaksanaan pembelajaran berbicara. Keterampilan berbicara mempunyai sifat yang produktif. Akan tetapi dalam pembelajaran banyak hambatan yang ditemui guru dalam menyampaikan materi berbicara ini. Diantaranya yaitu siswa mengalami kesulitan untuk menyampaikan ide atau gagasan.

1
Masih terdapatnya siswa yang kesulitan untuk dapat tampil dimuka dan di kelas memaparkan ide pikirannya kepada pendengar atau pemirsa. Tampil prima di depan khayalak memang membutuhkan keterampilan khusus yang tidak diperoleh secara cepat, namun melalui latihan-latihan dan pembiasaan. Selain itu tatakrama berbicara juga harus diperhatikan dengan serius, karena akan mempengaruhi kualitas pembicaraan. Banyak isi pembicaraan yang baik, jika tidak dibawakan dengan baik akan memperoleh hasil yang jelek, sebaliknya isi pembicaraan yang biasa-biasa saja tetapi karena dibawakan secara baik akan menghasilkan sambutan pendengar yang baik pula.
Keadaan yang seperti ini disebabkan diantarnya oleh kemampuan guru bidang studi bahasa Indonesia yang belum dapat memberikan penjelasan mengenai keterampilan berbicara. Agar kemampuan siswa dapat bentuk performasi lebih baik, perlu adanya perbaikan keterampilan berbicara dalam bidang studi bahasa Indonesia.
Mengingat manfaat dari penguasaan keterampilan berbahasa, khususnya berbicara maka selayaknyalah dilakukan berbagai upaya untuk mencari, menggali, menemukan, maupun mengembangkan metode yang tepat untuk pembelajaran berbicara. Metode ini tentulah yang berifat merangsang aktivitas siswa dan dianggap lebih inovatif. Metode yang bagus dapat tidak berguna di tangan guru yang tidak mengetahui bagaimana menggunakannya, demikian pula seorang guru yang baik dapat tidak efektif jika ia memakai metode yang jelek (Mackey, 1971;329).
Metode yang dipergunakan para guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia adalah ceramah dan tanya jawab yang menduduki urutan pertama, diikuti oleh metode problem solving pada urutan kedua, kerja kelompok pada urutan ketiga, dan drill pada urutan keempat (Rusyana dan Wirasasmita, 1977:51-52).
Metode yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah metode problem solving. Sebuah metode yang didasari oleh proses berpikir reflektif atau logis dan kritis. Metode ini bukanlah metode baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. metode problem solving telah lama digunakan oleh para guru di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Dengan metode problem solving siswa dihadapkan pada sebuah masalah untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahannya atau jalan keluar oleh siswa itu sendiri. Masalah yang diangkat bisa berasal dari guru ataupun dari siswa itu sendiri. Hendaklah masalah itu adalah masalah kehidupannya sehari-hari. Hal ini bisa memicu siswa untuk berpartisipasi aktif dan mereka merasa tertarik terhadap permasalahan tersebut.
Dengan metode ini siswa diharapkan terlatih untuk berpikir logis dan kritis sehingga mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya dan yang tidak kalah penting yaitu membina dan meningkatan kemampuan berbicara berdasarkan cara berpikir tersebut.
Dengan mengangkat berbagai alasan-alasan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut kedalam sebuah penelitian yang berjudul. Pembelajaran Berbicara dengan Metode Problem Solving pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh.



1.2 Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah kemampuan siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh dalam keterampilan berbicara?
b.      Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving?
c.       Bagaimanakah hasil yang diperoleh dari pembelajaran berbicara dengan metode problem solving pada siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh.?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :
a)      Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving.
b)      Untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh dengan menggunakan metode problem solving.

1.3.2 Tujuan Khusus :
a)      Untuk mengetahui ketepatan metode problem solving dalam pembelajaran berbicara.


1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan tidak meluas dari pembahasan masalah, maka penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
a.       Penelitian mengujicobakan metode problem solving pada pembelajaran berbicara
b.      Penelitian dilakukan untuk dapat mengetahui keberhasilan metode problem solving dalam meningkatkan keterampilan siswa pada pembelajaran berbicara.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1        Manfaat Teoritis
a)      Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran berbicara yang memungkinkan pembelajaran lebih komprehensif dan komunikatif.
1.5.2 Manfaat Praktis
a)      Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis sebagai calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia, serta keterampilan berbicara penulis dalam pembelajaran berbicara dengan metode problem solving.
b)      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbicara siswa dan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.

1.6 Asumsi Penelitian
Anggapan dasar merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian atau pendapat lain mengatakan anggapan dasar atau postulat adalah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Berkaitan dengan hal tersebut, anggapan dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Pembelajaran berbicara terdapat dalam Kurikulum Satuan Pendidikan Kelas IX.
2.      Memecahkan masalah dihadapi oleh setiap manusia dalam hidupnya.
3.      Landasan metode problem solving adalah berpikir reflektif atau kritis.
4.      Penggunaan metode yang tepat ikut menentukan keberhasilan pembelajaran.
Penulis merumuskan asumsi penelitian, yaitu jika siswa diberi tindakan dengan metode problem solving dalam pembelajaran berbicara maka hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan berbicara dengan menggunakan metode problem solving mengalami kenaikan pada tiap siklusnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran berbicara mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa.






BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metode Problem Solving
Metode problem solving dikembangkan oleh John Dewey (1913) dengan menitikberatkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar, dan tepat dengan penentuan alternatif yang berguna. Sebuah metode dengan landasan berpikir reflektif atau berpikir kritis. Model pembelajaran ini banyak menumbuhkan aktivitas belajar siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Metode problem solving bukan sekedar metode mengajar melainkan metode berpikir karena metode ini bisa dipadukan dengan metode lain seperti metode diskusi, inkuiri, discoveri dan lain-lain.

2.1.1 Pengertian metode problem solving
Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa (Sudirman, dkk, 1987 : 146).
Sedangkan menurut Muhamad Azhar, metode problem solving merupakan sebuah metode pemecahan masalah secara rasional, logis, benar, dan tepat dengan pemecahan alternative yang berguna (1993:96).


7
 

2.1.2 Langkah-langkah metode problem solving
1)      merumuskan masalah
2)      menelaah masalah
3)      membuat dan merumuskan masalah
4)      menghimpun dan mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
5)      menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

2.1.3 Kelebihan dan kekurangan metode problem solving
Kelebihan metode problem solving antara lain sebagai berikut:
1)      Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja
2)      Membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah
3)      Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga mendapat wawasan yang lebih kaya.
4)      Proses pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terarah dan terampil apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan keluarga, bekerja, dan masyarakat luas.
5)      Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh.
Kekurangan model pembelajaran dengan metode problem solving diantaranya sebagai berikut:
1)      Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup banyak, termasuk waktu untuk kegiatan siswa.
2)      Sulit untuk dapat menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa yang berargam, tingkat sekolah, kelas pengetahuan.
3)      Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja.

2.2 Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif yang bersifat terpadu. Produktif artinya pada waktu bicara orang mnggunakan bahasa lisan untuk menghasilkan sesuatu (pembicaraaan). Disebut terpadu artinya pada pembicaraan ituterjadi karena penggabungan sejumlah kemampuan yang menjadi komponen berbicara, penguasaan isi pembicaraan, dan penguasaan teknik , dan penampilan berbicara.


2.2.1 Pengertian dan tujuan berbicara
Menurut Tarigan (1990:49) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat.
Sedangkan tujuan berbicara yaitu:
1)      Perubahan sikap (attitude change)
2)      Perubahan pendapat (opinion change)
3)      Perubahan prilaku ( behavior change)
4)      Perubahan sosial (social change)

2.2.2 Jenis-jenis berbicara
Berdasarkan situasi terjadinya maka berbicara terbagi menjadi dua jenis:
1)      kegiatan berbicara formal, meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlementer, dan bercerita.
2)      Kegiatan berbicara informal, meliputi: tukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan memberikan petunjuk (Logan dkk dalam Tarigan, 1990:1976).

2.2.3 Ciri-ciri Pembicara Ideal
Berikut ini pembicara yang ideal yaitu :
1) Memilih topik yang tepat
2) Meguasai materi pembicaraan
3) Memahami latar belakang pendengar
4) Mengetahui situasi yang menaungi pembicaraan
5) Tujuan pembicaraan jelas, tegas dan gamblang
6) Mempertahankan kontak dengan pendengar
7) Kemampuan linguistiknya luas
8) Menguasai pendengar
9) Berencana

2.2.4 Hambatan dalam kegiatan berbicara
Hambatan dalam kegiatan berbicara dapat disebabkan dari faktor pembicara sendiri dan faktor diluar pembicara. Faktor hambatan dalam diri pembicara, misalnya gugup (demam panggung), kurangnya penguasaan materi pembicaraan, dan kurangnya penguasaan terhadap aspek kebiasaan.
Faktor hambatan yang berasal dari luar pembicara dapat berupa kondisi ruang, tidak adanya media, dan pengetahuan pendengar yang tidak homogen.

2.2.5 Sikap mental dalam berbicara
Sikap mental yang harus dimiliki dan dibina oleh seorang pembicara yaitu sebagai berikut
1) Rasa komunikasi
2) Rasa humor
3) Rasa percaya diri
4) Rasa kepemimpinan




BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu peneletian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui relfeksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2002:1-4).
Pada PTK, kegiatan dimulai dari kesadaran guru akan adanya sesuatu yang kurang maksimal dalam hasil pembelajaran. Hal tersebut mungkin terjadi karena beberapa faktor, diantaranya siswa kurang memahami apa yang dikemukakan guru, atau mungkin disebabkan oleh suasana kelas yang kurang kondusif. Hal ini kemudian dievaluasi untuk pertimbangan dalam menyusun perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, dan evaluasi tindakan perbaikan.

3.1 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa serta instrumen observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru. Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan penelitian.

12
Peneliti didampingi oleh seorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses pembelajaran.
3.1.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan catatan lapangan.

1) Tes kemampuan
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa tanya jawab mengenai pembelajaran berbicara sebagai umpan balik bagi siswa sebelum menerima materi dan evaluasi. Lalu guru melihat hasil dari kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetaui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai.

2) Lembar observasi
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan.
Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai, dari membuka pelajaran sampai pada menutup pelajaran. aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.
Aktivitas siswa yang diamati mencakup prilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran, seperti bertanya, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, dan prilaku lainnya yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

3) Jurnal siswa
Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung dan untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya.

4) Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

3.2. Setting Penelitian
1. Lokasi Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Banda Aceh. ini merupakan salah satu SMP Negeri yang terletak di Jln. Mohd. Taaher desa Cot Mesjid Kota Banda Aceh.


2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh Banyaknya siswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 45 siswa.
3. Mata Pelajaran
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran yang sesuai dengan disiplin ilmu, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia aspek keterampilan berbicara pade materi pokok berwawancara dengan narasumber dan peloporannya.
4. Karakteristik Sekolah
Sekolah yang peneliti tempati merupakan salah satu dari sekolah yang bertempat di Desa Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, yang berdiri sejak tahun 1993. Sekolah ini mulai dibangun dan secara bertahap melengkapi sarana fasilitasnya hingga menjadi sekolah yang layak dipakai sebagai tempat kegiatan belajar mengajar
5. Karakteristik Siswa
             Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara, kondisi kelas IX di SMP Negeri 13 Banda Aceh pada kegiatan belajar mengajar dalam kelas belum bisa dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti pembelajaran,khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa dikelas IX ini cenderung ramai, tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi jika diajar oleh guru yang mereka senangi, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan tenang dan efektif.

3.3. Data dan Sumber Data
1. Data primer
            Data primer merupakan data yang didapatkan dari orang pertama/ informan yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini data primer berupa kata-kata, ucapan, dan prilaku subyek penelitian yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh.
2. Data sekunder
            Data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, perekaman data-data, dan foto-foto yang dapat digunakan sebagai data pelengkap. Data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari bagian tata usaha.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data menurut Wolcoott sebagaimana yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam metode penelitian tindakan disebut sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu melalui pengalaman, pengungkapan, dan pengujian.
            Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka  penulis menggunakan beberapa metode antara lain:
1.  Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.
2. Pengukuran Test Hasil Belajar
      Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.
3.  Wawancara
      Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
4.  Metode Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

3.5 Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa serta instrumen observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru. Metode observasi memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan penelitian.
Peneliti didampingi seorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arkiyah, Nanik. 2007. “Analisis Tata Ruang Sirkulasi Perpustakaan  Unit II Universitas Ahmad dahlan Yogyakarta” Skripsi Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008.  Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Lasa HS, 1995. Jenis-jenis Pelayanan Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 -----------. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama media.

Mardalis. 2008.  Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurhayati Hs, Arifin. 2004. Penataan Taman di Rumah Tinggal. Jakarta: Gramedia.

Prasojo, GA, 2003.  Tata Ruang Rumah Tinggal.  Yogyakarta: Yayasan Indonesia Sejahtera

DOWNLOAD FILE DI SINI
KHASANAH ILMU
JUJUR - MUDAH - MURAH
http://khasanahilmuu.blogspot.com/2013/08/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About