|
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan
pengajaran bahasa Indonesia yaitu siswa dapat terampil berbahasa. Adapun
keterampilan berbahasa itu mencakup empat aspek penting, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses pelaksanaannya keempat aspek
tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. “keempat keterampilan
tersebut pada dasarnya merupakan catur tunggal”(Tarigan; 1985 :1).
Pada proses
pembelajaran di lapangan, seorang guru bahasa Indonesia dituntut untuk
memberikan yang terbaik dalam mencapai semua aspek keterampilan tersebut. Guru
berperan sebagai fasilitator, ataupun motivator dituntut dapat melaksanakan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan efektif sehingga, diharapkan keempat aspek
keterampilan berbahasa tadi dapat dikuasai siswa. Namun dalam kenyataannya,
proses pembelajaran bahasa Indonesia masih sering dianggap menjenuhkan.
Salah satunya, penulis
menyoroti pelaksanaan pembelajaran berbicara. Keterampilan berbicara mempunyai
sifat yang produktif. Akan tetapi dalam pembelajaran banyak hambatan yang
ditemui guru dalam menyampaikan materi berbicara ini. Diantaranya yaitu siswa
mengalami kesulitan untuk menyampaikan ide atau gagasan.
1
|
Keadaan yang seperti
ini disebabkan diantarnya oleh kemampuan guru bidang studi bahasa Indonesia
yang belum dapat memberikan penjelasan mengenai keterampilan berbicara. Agar
kemampuan siswa dapat bentuk performasi lebih baik, perlu adanya perbaikan
keterampilan berbicara dalam bidang studi bahasa Indonesia.
Mengingat manfaat dari
penguasaan keterampilan berbahasa, khususnya berbicara maka selayaknyalah
dilakukan berbagai upaya untuk mencari, menggali, menemukan, maupun
mengembangkan metode yang tepat untuk pembelajaran berbicara. Metode ini
tentulah yang berifat merangsang aktivitas siswa dan dianggap lebih inovatif.
Metode yang bagus dapat tidak berguna di tangan guru yang tidak mengetahui
bagaimana menggunakannya, demikian pula seorang guru yang baik dapat tidak
efektif jika ia memakai metode yang jelek (Mackey, 1971;329).
Metode yang
dipergunakan para guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia
adalah ceramah dan tanya jawab yang menduduki urutan pertama, diikuti oleh
metode problem solving pada urutan kedua, kerja kelompok pada urutan ketiga,
dan drill pada urutan keempat (Rusyana dan Wirasasmita, 1977:51-52).
Metode yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah metode problem solving. Sebuah metode yang
didasari oleh proses berpikir reflektif atau logis dan kritis. Metode ini
bukanlah metode baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. metode problem
solving telah lama digunakan oleh para guru di Sekolah Pendidikan Guru (SPG).
Dengan metode problem solving siswa dihadapkan pada sebuah masalah untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahannya atau jalan keluar
oleh siswa itu sendiri. Masalah yang diangkat bisa berasal dari guru ataupun
dari siswa itu sendiri. Hendaklah masalah itu adalah masalah kehidupannya
sehari-hari. Hal ini bisa memicu siswa untuk berpartisipasi aktif dan mereka
merasa tertarik terhadap permasalahan tersebut.
Dengan metode ini siswa
diharapkan terlatih untuk berpikir logis dan kritis sehingga mampu menghadapi
dan menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya dan yang tidak kalah penting
yaitu membina dan meningkatan kemampuan berbicara berdasarkan cara berpikir
tersebut.
Dengan mengangkat
berbagai alasan-alasan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis bermaksud
mengangkat permasalahan tersebut kedalam sebuah penelitian yang berjudul.
Pembelajaran Berbicara dengan Metode Problem Solving pada Siswa Kelas IX SMP
Negeri 13 Banda Aceh.
1.2
Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah
kemampuan siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh dalam keterampilan berbicara?
b. Bagaimanakah
proses pelaksanaan pembelajaran siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh dalam
pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving?
c. Bagaimanakah
hasil yang diperoleh dari pembelajaran berbicara dengan metode problem solving
pada siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh.?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
a) Untuk
mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda
Aceh dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving.
b) Untuk
mengetahui tingkat keterampilan berbicara siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda
Aceh dengan menggunakan metode problem solving.
1.3.2 Tujuan Khusus :
a) Untuk
mengetahui ketepatan metode problem solving dalam pembelajaran berbicara.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperoleh hasil
penelitian yang baik dan tidak meluas dari pembahasan masalah, maka penulis
membuat batasan masalah sebagai berikut:
a. Penelitian
mengujicobakan metode problem solving pada pembelajaran berbicara
b. Penelitian
dilakukan untuk dapat mengetahui keberhasilan metode problem solving dalam
meningkatkan keterampilan siswa pada pembelajaran berbicara.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis
a) Hasil
dari penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran berbicara yang memungkinkan pembelajaran lebih komprehensif dan
komunikatif.
1.5.2 Manfaat Praktis
a) Kegiatan
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis sebagai
calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia, serta keterampilan berbicara penulis
dalam pembelajaran berbicara dengan metode problem solving.
b) Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan berbicara siswa dan kemampuan berpikir logis dan
kritis dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.
1.6
Asumsi Penelitian
Anggapan dasar
merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian atau pendapat lain
mengatakan anggapan dasar atau postulat adalah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh penyidik. Berkaitan dengan hal tersebut, anggapan
dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
berbicara terdapat dalam Kurikulum Satuan Pendidikan Kelas IX.
2. Memecahkan
masalah dihadapi oleh setiap manusia dalam hidupnya.
3. Landasan
metode problem solving adalah berpikir reflektif atau kritis.
4. Penggunaan
metode yang tepat ikut menentukan keberhasilan pembelajaran.
Penulis merumuskan
asumsi penelitian, yaitu jika siswa diberi tindakan dengan metode problem
solving dalam pembelajaran berbicara maka hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan
berbicara dengan menggunakan metode problem solving mengalami kenaikan pada
tiap siklusnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode problem solving dalam
pembelajaran berbicara mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Metode Problem Solving
Metode problem solving
dikembangkan oleh John Dewey (1913) dengan menitikberatkan pada pemecahan
masalah secara rasional, logis, benar, dan tepat dengan penentuan alternatif
yang berguna. Sebuah metode dengan landasan berpikir reflektif atau berpikir
kritis. Model pembelajaran ini banyak menumbuhkan aktivitas belajar siswa baik
secara individual maupun secara kelompok. Metode problem solving bukan sekedar
metode mengajar melainkan metode berpikir karena metode ini bisa dipadukan
dengan metode lain seperti metode diskusi, inkuiri, discoveri dan lain-lain.
2.1.1
Pengertian metode problem solving
Metode problem solving
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik
tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa (Sudirman, dkk, 1987 : 146).
Sedangkan menurut
Muhamad Azhar, metode problem solving merupakan sebuah metode pemecahan masalah
secara rasional, logis, benar, dan tepat dengan pemecahan alternative yang
berguna (1993:96).
7
|
2.1.2
Langkah-langkah metode problem solving
1) merumuskan
masalah
2) menelaah
masalah
3) membuat
dan merumuskan masalah
4) menghimpun
dan mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
5) menentukan
pilihan pemecahan masalah dan keputusan
2.1.3
Kelebihan dan kekurangan metode problem solving
Kelebihan metode problem solving antara
lain sebagai berikut:
1) Metode
ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja
2) Membiasakan
siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah
3) Siswa
dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis
sehingga mendapat wawasan yang lebih kaya.
4) Proses
pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan
memecahkan masalah secara terarah dan terampil apabila menghadapi permasalahan
dalam kehidupan keluarga, bekerja, dan masyarakat luas.
5) Metode
ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh.
Kekurangan model
pembelajaran dengan metode problem solving diantaranya sebagai berikut:
1) Menuntut
sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup banyak, termasuk waktu untuk
kegiatan siswa.
2) Sulit
untuk dapat menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa yang berargam, tingkat sekolah, kelas pengetahuan.
3) Apabila
masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja.
2.2
Berbicara
Keterampilan berbicara
merupakan keterampilan produktif yang bersifat terpadu. Produktif artinya pada
waktu bicara orang mnggunakan bahasa lisan untuk menghasilkan sesuatu
(pembicaraaan). Disebut terpadu artinya pada pembicaraan ituterjadi karena
penggabungan sejumlah kemampuan yang menjadi komponen berbicara, penguasaan isi
pembicaraan, dan penguasaan teknik , dan penampilan berbicara.
2.2.1
Pengertian dan tujuan berbicara
Menurut Tarigan
(1990:49) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan bahasa lisan. Kaitan
antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat.
Sedangkan tujuan berbicara yaitu:
1) Perubahan
sikap (attitude change)
2) Perubahan
pendapat (opinion change)
3) Perubahan
prilaku ( behavior change)
4) Perubahan
sosial (social change)
2.2.2
Jenis-jenis berbicara
Berdasarkan situasi terjadinya maka berbicara
terbagi menjadi dua jenis:
1) kegiatan
berbicara formal, meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, interview,
prosedur parlementer, dan bercerita.
2) Kegiatan
berbicara informal, meliputi: tukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita,
pengumuman, bertelepon, dan memberikan petunjuk (Logan dkk dalam Tarigan,
1990:1976).
2.2.3
Ciri-ciri Pembicara Ideal
Berikut ini pembicara yang ideal yaitu :
1) Memilih topik yang
tepat
2) Meguasai materi
pembicaraan
3) Memahami latar
belakang pendengar
4) Mengetahui situasi
yang menaungi pembicaraan
5) Tujuan pembicaraan
jelas, tegas dan gamblang
6) Mempertahankan
kontak dengan pendengar
7) Kemampuan
linguistiknya luas
8) Menguasai pendengar
9) Berencana
2.2.4
Hambatan dalam kegiatan berbicara
Hambatan dalam kegiatan
berbicara dapat disebabkan dari faktor pembicara sendiri dan faktor diluar
pembicara. Faktor hambatan dalam diri pembicara, misalnya gugup (demam
panggung), kurangnya penguasaan materi pembicaraan, dan kurangnya penguasaan
terhadap aspek kebiasaan.
Faktor hambatan yang
berasal dari luar pembicara dapat berupa kondisi ruang, tidak adanya media, dan
pengetahuan pendengar yang tidak homogen.
2.2.5
Sikap mental dalam berbicara
Sikap mental yang harus
dimiliki dan dibina oleh seorang pembicara yaitu sebagai berikut
1) Rasa komunikasi
2) Rasa humor
3) Rasa percaya diri
4) Rasa kepemimpinan
BAB III
METODE
PENELITIAN
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yaitu peneletian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui relfeksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2002:1-4).
Pada PTK, kegiatan
dimulai dari kesadaran guru akan adanya sesuatu yang kurang maksimal dalam
hasil pembelajaran. Hal tersebut mungkin terjadi karena beberapa faktor,
diantaranya siswa kurang memahami apa yang dikemukakan guru, atau mungkin
disebabkan oleh suasana kelas yang kurang kondusif. Hal ini kemudian dievaluasi
untuk pertimbangan dalam menyusun perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan
tindakan perbaikan, dan evaluasi tindakan perbaikan.
3.1
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa
serta instrumen observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk untuk turut berpartisipasi
secara wajar dalam kegiatan penelitian.
12
|
3.1.1
Instrumen Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal
dan catatan lapangan.
1) Tes kemampuan
Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa tanya jawab
mengenai pembelajaran berbicara sebagai umpan balik bagi siswa sebelum menerima
materi dan evaluasi. Lalu guru melihat hasil dari kemampuan siswa dalam
keterampilan berbicara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetaui apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai.
2) Lembar observasi
Lembar observasi
merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas
siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa
selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi
yang diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan.
Aktivitas peneliti yang
diamati adalah keterampilan mengajar mulai, dari membuka pelajaran sampai pada
menutup pelajaran. aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan keahlian guru
dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.
Aktivitas siswa yang
diamati mencakup prilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran, seperti
bertanya, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, dan prilaku lainnya yang
menunjang proses kegiatan belajar mengajar.
3) Jurnal siswa
Jurnal siswa diberikan
pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang
diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung dan untuk memperoleh gambaran
mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil
ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus
berikutnya.
4) Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah
temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak ternamai dalam
lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan
yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.
3.2. Setting Penelitian
1. Lokasi
Sekolah
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Banda Aceh. ini merupakan
salah satu SMP Negeri yang terletak di Jln. Mohd. Taaher desa Cot Mesjid Kota
Banda Aceh.
2. Subyek
Penelitian
Subyek
dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh
Banyaknya siswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 45 siswa.
3. Mata
Pelajaran
Penelitian
ini dilakukan pada mata pelajaran yang sesuai dengan disiplin ilmu, yaitu mata
pelajaran bahasa Indonesia aspek keterampilan berbicara pade materi pokok
berwawancara dengan narasumber dan peloporannya.
4. Karakteristik
Sekolah
Sekolah
yang peneliti tempati merupakan salah satu dari sekolah yang bertempat di Desa
Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, yang berdiri sejak tahun 1993.
Sekolah ini mulai dibangun dan secara bertahap melengkapi sarana fasilitasnya
hingga menjadi sekolah yang layak dipakai sebagai tempat kegiatan belajar
mengajar
5. Karakteristik
Siswa
Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara,
kondisi kelas IX di SMP Negeri 13 Banda Aceh pada kegiatan belajar mengajar
dalam kelas belum bisa dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti
pembelajaran,khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa dikelas IX ini cenderung
ramai, tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi
jika diajar oleh guru yang mereka senangi, maka proses pembelajaran dapat
berjalan dengan tenang dan efektif.
3.3. Data dan Sumber Data
1. Data primer
Data
primer merupakan data yang didapatkan dari orang pertama/ informan yang
mengetahui secara jelas dan rinci tentang permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam
penelitian ini data primer berupa kata-kata, ucapan, dan prilaku subyek
penelitian yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia di Kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh.
2. Data sekunder
Data
sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan,
perekaman data-data, dan foto-foto yang dapat digunakan sebagai data pelengkap.
Data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari bagian tata usaha.
3.4. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data menurut Wolcoott sebagaimana yang dikutip oleh Nana Syaodih
Sukmadinata dalam metode penelitian tindakan disebut sebagai strategi pekerjaan
lapangan primer, yaitu melalui pengalaman, pengungkapan, dan pengujian.
Untuk
memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara
lain:
1. Observasi
Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. Yang dilakukan waktu pengamatan adalah
mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati
berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat,
formulir dan alat mekanik.
2. Pengukuran
Test Hasil Belajar
Pengukuran test hasil belajar ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara
siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara
dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
4. Metode Dokumentasi
Tidak
kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
3.5
Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa
serta instrumen observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Metode observasi memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar
dalam kegiatan penelitian.
Peneliti didampingi
seorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam
hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses
pembelajaran.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arkiyah, Nanik. 2007. “Analisis Tata Ruang Sirkulasi
Perpustakaan Unit II Universitas Ahmad
dahlan Yogyakarta” Skripsi Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas
Adab Universitas Islam Negeri Yogyakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa.
2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.
Lasa HS, 1995. Jenis-jenis Pelayanan Informasi
Perpustakaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
-----------.
2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama media.
Mardalis. 2008.
Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nurhayati Hs, Arifin. 2004. Penataan Taman di Rumah
Tinggal. Jakarta: Gramedia.
Prasojo, GA, 2003.
Tata Ruang Rumah Tinggal.
Yogyakarta: Yayasan Indonesia Sejahtera
DOWNLOAD FILE DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar