EKOLOGI PERTANIAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Biologi lingkungan atau
yang biasa dikenal dengan ekologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang
mempunyai hubungan erat dengan lingkungan. Ekologi berasal dari kata oikos yang
berarti rumah tangga dan logos yang mempunyai arti ilmu pengetahuan. Jadi,
ekologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan keadaan lingkungannya yang bersifat dinamis. Hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya sangat terbatas terhadap lingkungan
yang bersangkutan, hubungan inilah yang disebut dengan keterbatasan ekologi.
Dalam keterbatasan ekologi terjadi degradasi ekosistem yang disebabkan oleh dua
hal yaitu peristiwa alami dan kegiatan manusia. Secara alami merupakan
peristiwa yang terjadi bukan karena disebabkan oleh perilaku manusia. Sedangkan
yang disebabkan oleh kegitan manusia yaitu degradasi ekosistem yang dapat
terjadi diberbagai bidang meliputi bidang pertanian, pertambangan, kehutanan,
konstruksi jalan raya, pengembangan sumber daya air dan adanya urbanisasi.
Indonesia mempunyai
hutan tropis dunia sebesar 10 persen. Sekitar 12% keadaan hutan di Indonesia
yang merupakan bagian dari jumlah binatang yang tergolong jenis mamalia, 16%
persen merupakan bagian dari spesies amphibi dan binatang sejenis reptil dan
25% dari bagian spesies sejenis burung dan sekitar 1.519 merupakan bagian dari
spesies burung. Sisanya merupakan endemik yang hanya dapat ditemui didaerah
tersebut.
Tanaman
merupakan makhluk hidup yang mempunyai akar, batang dan daun yang berperan
sebagai produsen bagi makhluk hidup lainnya.Dalam mineral dari dalam tanah,
karbon dioksida dari udara dan bantuan cahaya matahari. Proses inilah yang
dinamakan proses fotosintesis.Hasil fotosintesis ini tidak hanya berguna bagi
tanaman, tetapi juga bagi hewan dan manusia. Seperti yang dijelaskan di atas,
proses fotosintesis membutuhkan energi matahari karena matahari sebagai
komponen utama dalam penyediaan energi selama proses berlangsung.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
ekolo
2. Hubungan
ekologi tanaman dengan ilmu lain
3. Tujuan
dan Perkembangan Ekologi Tanaman
4. Manfaat Ekologi Tanaman
5.
Keberlanjutan Ekologi
C.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu untuk mengetahui ekologi pertanian secara umum. yaitu sebagai
bahan pelajaran bagi saya sebagai mahasiswa yang memprogramkan mata kulia
Ekologi Pertanian dan menjadi bahan pelajaran dan bacaan bagi para pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi
Batasan pengertian
ekologi tanaman cukup luas, namun dari dasar katanya mengandung pengertian eko
dan logi, dimana ekologi dapat ditelusuri dari asal katanya, yakni dari kata
“Oikos” artinya “lingkungan” dan “logos” artinya “ilmu”. Dengan demikian
Ekologi Tanaman adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari tanaman di
rumahnya atau berkaitan dengan gejala hidup tumbuhan dalam lingkungan dimana
dia hidup termasuk di dalamnya interaksi antar tanaman dengan lingkungannya,
atau dapat didefinisikan pula bahwa ekologi tanaman adalah sebagai ilmu (logos)
yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman dan lingkungan (oikos)
atau lebih tepatnya adalah ilmu yang mempelajari pengaruh lingkungan terhadap
tanaman yang telah dibudidayakan dalam segala aspeknya.
Ekologi tanaman adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman dengan
lingkungannya. Tanaman membutuhkan sumberdaya kehidupan dari lingkungannya, dan
mempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya lingkungan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ekologi dibagi atas dua bagian yaitu
Sinekologi dan Autekologi.
B. Penerapan Ekologi dalam Bidang Pertanian
Pertanian organik yang
semakin berkembang belakangan ini menunjukkan adanya kesadaran petani dan
berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan
dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti
bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari. Pertanian organik
kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi alternatifnya.
Pengembangan pertanian
organik secara teknis harus disesuaikan dengan prinsip dasar lokalitas. Artinya
pengembangan pertanian organik harus disesuaikan dengan daya adaptasi tumbuh
tanaman/binatang terhadap kondisi lahan, pengetahuan lokal teknis perawatannya,
sumber daya pendukung, manfaat sosial tanaman/ binatang bagi komunitas.
Pertanian organik
memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling bergantung dan menghidupi,
dan manusia adalah bagian di dalamnya. Prinsip ekologi dalam pertanian organik
didasarkan pada hubungan antara organisme dengan alam sekitarnya dan
antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola hubungan antara organisme dan
alamnya dipandang sebagai satu – kesatuan yang tidak terpisahkan, sekaligus
sebagai pedoman atau hukum dasar dalam pengelolaan alam, termasuk pertanian.
Dalam pelaksanaannya,
sistem pertanian organik sangat memperhatikan kondisi lingkungan dengan
mengembangkan metode budi daya dan pengolahan berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan. Sistem pertanian organik diterapkan berdasarkan atas interaksi
tanah, tanaman, hewan, manusia, mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan
dengan memperhatikan keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara
langsung diarahkan pada usaha meningkatkan proses daur ulang alami daripada
usaha merusak ekosistem pertanian (agroekosistem).
Pertanian organik
banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan
kehidupan manusia. Pertanian organik juga menjamin keberlanjutan bagi
agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya lokal
dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara, bimassa, dan energi bisa ditekan
serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran.
Pemanfaatan bahan-bahan alami lokal di
sekitar lokasi pertanian seperti limbah produk pertanian sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik seperti kompos sangat efektif mereduksi penggunaan
pupuk kimia sintetis yang jelas-jelas tidak ramah lingkungan. Demikian juga
dengan pemanfaatan bahan alami seperti tanaman obat yang ada untuk dibuat racun
hama akan mengurangi penggunaan bahan pencemar bahaya yang diakibatkan
pestisida, fungisida, dan insektisida kimia.
Penggunaan
mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan
lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan. Di samping itu,
banyak mikroorganisme di alam yang memiliki kemampuan mereduksi dan
mendegradasi bahan-bahan kimia berbahaya yang diakibatkan pencemaran dari bahan
racun yang digunakan dalam aktivitas pertanian konvensional seperti racun
serangga dan hama.
Dengan kemajuan
teknologi, pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang murah dan
berteknologi sederhana (tepat guna) dan dapat dijangkau semua petani di
Indonesia. Serangga hama dan musuh alami merupakan bagian keanekaragaman
hayati. Serangga hama memiliki kemampuan berbiak yang tinggi untuk mengimbangi
tingkat kematian yang tinggi di alam. Keseimbangan alami antara serangga hama
dan musuh alami sering dikacaukan penggunaan insektisida kimia yang hanya satu
macam.
Pertanian organik bukan
hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi lingkungan bumi. Beberapa ahli
pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik merupakan cara baru
mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan global. Laurie
Drinkwater, ahli manajemen tanah dan ekologi Rodale Institute di Kutztown,
Pennsylvania, AS bersama koleganya membandingkan pertanian organik dengan
metode sebelumnya yang menggunakan pupuk kimia selama 15 tahun. Hasilnya
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature (Desember 1998) jika pupuk organik
digunakan dalam kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon
dioksida di atmosfer dapat berkurang 1-2%.
Drinkwater mengatakan,
pengurangan ini merupakan kontribusi yang sangat berarti. Selain itu
negara-negara industri sepakat dalam pertemuan Bumi di Kyoto Jepang untuk mengurangi
emisi karbondioksida sampai 5,2% dari tahun 1990 hingga tahun 2008-2012. Dalam
penelitian ini juga ditemukan, pertanian organik menggunakan energi 50% lebih
kecil dibandingkan dengan metode pertanian konvensional.
Demikianlah, fakta
mengungkapkan bahwa sistem pertanian organik adalah pertanian yang ramah
lingkungan. Artinya, pelaku sistem pertanian organik telah berusaha tidak
merusak dan menganggu keberlanjutan komponen-komponen lingkungan yang terdiri
atas tanah, air, udara, tanaman, binatang, mikroorganisme, dan tentunya
manusia.
C. Hubungan Ekologi Pertanian dengan Ilmu Lain
Sebagian besar cabang ilmu yang terdapat pada budidaya
pertanian berhubungan erat dengan ilmu lingkungan, fisiologi tanaman dan
melihat cakupan yang luas dari bidang ilmu ekologi tanaman, maka ekologi
tanaman merupakan ilmu yang memiliki hubungan yang erat dengan bidang ilmu
lainnya atau ilmu yang tidak berdiri sendiri, bukan hanya berhubungan dengan
yang terdapat dalam lingkup budidaya pertanian dalam arti luas tetapi juga dalam
bidang sosial kemasyarakatan.
Dalam kaitannya dengan bidang agronomi, Sugito (1994)
menjelaskan bahwa ekologi tanaman dapat dipandang sebagai jembatan penghubung
antara kelompok ilmu lingkungan di satu pihak dengan kelompok ilmu tanaman di
pihak lain seperti gambar berikut :
|
|
|
|
|
||||||
I
lmu Lingkungan Ilmu
Tanaman
Hubungan
Ekologi Tanaman dengan Ilmu Lain (Sumber Sugito, 1994)
Dari diagram tersebut, menunjukkan bahwa cakupan ekologi
tanaman sebenarnya sangat luas. Ekologi
tanaman mempelajari bagaimana pengaruh iklim, tanah dan faktor biotik termasuk
interaksi antara faktor-faktor tersebut mempengaruhi proses fisiologis tanaman,
yang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terganggu. Juga mencakup seluruh komponen-komponen
lainnya terhadap proses biokimia, fisiologi dan sifat genetik yang terjadi
dalam tubuh tanaman tidak lepas dari kajian yang terdapat dalam ekologi
tanaman.
Ekologi tanaman dengan demikian
merupakan dasar dalam agronomi, karena agronomi itu sendiri mencakup
pengelolaan, (nomos) tanaman dan lingkungannya (agros) untuk
mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang sebaik-baiknya sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki. Ekologi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari ilmu biologi. Oleh karenanya Ilmu Biologi sering disebut
dengan biologi lingkungan. Ekologi merupakan bagian kecil dari
Biologi. Yang termasuk dalam ruang lingkup biologi ialah organisma, populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfir. Jika kita perhatikan bahasan dalam
mempelajari ekologi ternyata masing-masing ilmu yang membahas suatu individu/grup
tidak terlepas dari membahas masalah ekologi. Dari penjelasan ini dapat dilihat
ternyata ekologi merupakan ilmu yang cakupannya amat luas. Bagaimana reaksi
dari organisme atau individu atau kelompok individu terhadap lingkungan atau
sebaliknya juga dipelajari dalam ekologi. Organisma dalam pengertian
biologi ialah makhluk secara individu atau sesuatu kesatuan organ yang
mempunyai tanda-tanda dan aktifitas kehidupan. Organisma dalam biologi sering disebut sebagai individu.
Pertumbuhan suatu tanaman dan hasil panen yang diperoleh
pada dasarnya merupakan hasil kerja atau pengaruh saling berkaitan antara sifat
genetic tanaman dan pengaruh faktor luar dimana tanaman tersebut tumbuh.
Oleh karena itu untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman dan
hasil panen yang tinggi, pengetahuan tentang faktor lingkungan tumbuh tanaman
ini menjadi sangat penting agar kita dapat mengelola lingkungan tumbuh tersebut
sebaik-baiknya, dalam arti cocok bagi pertumbuhan tanaman yang diusahakan.
Prinsip kecocokan dan ketidakcocokan (meracuni) bagi tanaman telah diuraikan
secara rinci oleh Fitter dan Hay (1994) yang menyimpulkan bahwa kondisi yang
baik atau yang cocok bagi tanaman adalah kondisi yang memungkinkan pertumbuhan
maksimum bagi kebanyakan species. Sudah
barang tentu bahwa sejumlah tanaman akan memberikan respons yang kontinyu bagi pembudidayaannya dalam keadaan tingkat
pemberian unsur hara yang tinggi, yang tidak akan berguna untuk waktu lama atau
bahkan merugikan terhadap lainnya, tetapi banyak species yang nampaknya beradaptasi
terhadap habitat yang paling tidak cocok.
Sesuai dengan Hukum Minimum dari Von
Liebig yang menyatakan bahwa “apabila suatu proses dipengaruhi oleh beberapa
faktor, maka keberhasilan dari proses tersebut ditentukan oleh salah satu
faktor yang dalam keadaan minimum/terbatas”.
Dengan demikian demi keberhasilan suatu proses produksi pertanian, sudah
barang tentu harus memperhatikan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman, baik faktor internal (sifat genetik) maupun faktor
eksternal (lingkungan tumbuh).
D.
Manfaat Ekologi Pertanian
Lingkungan akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan tanaman dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh sebab itu
pengetahuan tentang lingkungan tumbuh tanaman sangat dibutuhkan agar budidaya
tanaman yang dilakukan dapat menghasilkan produksi yang optimum. Dalam
agroekosistem lingkungan tumbuh tanaman menjadi bahan pertimbangan dalam
rancang bangun aktivitas budidaya yang akan dilakukan. Desain lanskap dari
budidaya tanaman juga sangat tergantung pada lingkungan. Lingkungan akan
mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada kawasan,
penjadwalan dan teknik budidaya yang digunakan. Oleh karenanya pengetahuan
tentang lingkungan sangat penting artinya bagi sektor pertanian.
E. Respon Tanaman Terhadap Radiasi
Matahari
Cahaya merupakan
salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman, dimana dalam unsur cahaya mencakup intensitas cahaya (radiasi
matahari), kualitas dan lamanya penyinaran.
Cahaya yang dapat terlihat (visible) merupakan suatu bagian kecil
(kira-kira 400 – 700 nm) dari spectrum radiasi matahari penuh dan tanaman juga
peka terhadap panjang gelombang lainnya.
Secara fisiologis, cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung. Pengaruhnya pada metabolisme
secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respons
metabolisme yang langsung, dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis. Oleh karena itu radiasi matahari merupakan
faktor utama di antara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai sumber
energi primer tetapi karena berpengaruh terhadap keadaan faktor-faktor yang
lain seperti: suhu, kelembaban dan angin. Respon tanaman terhadap radiasi
matahari atau pengaruh radiasi terhadap tanaman pada dasarnya dapat dibagi
dalam tiga aspek seperti telah dijelaskan, yakni: (1). Intensitas; (2).
Kualitas; dan (3). Fotoperiodisitas.
F. Keberlanjutan
Ekologi
Keberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan
agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang
lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan
fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi
pada keragaman hayati (biodiversity).
Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak
negatif pada lingkungan harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa
petani sering menyemprot pestisida pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada
ketakutan yang dalam jika tidak disemprot pastilah akan kena serangan hama.
Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak menjelang berbunga hingga
menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali
sehari oleh petani.
Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini
ditunjukkan dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal
pestisida adalah racun (pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula
petugas penyuluh yang menyebut pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak
ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap petani, lingkungan dan
konsumen.
Hal lain, kebiasaan menyemprot pestisida secara over-dosis
ini dapat menyebabkan tumbuhnya kekebalan pada hama yang selamat. Sehingga
generasi hama berikutnya tidak lagi mempan disemprot dengan dosis yang sama,
atau pestisida yang sama. Di lapangan dijumpai kebiasaan petani meng-oplos
berbagai merk pestisida untuk mendapatkan hasil yang lebih ampuh (dalam banyak
kasus, justeru penyuluh pertanianlah yang mengajarkan petani akan perihal
berbahaya ini). Selain berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, syarat
mutlak sistem pertanian berkelanjutan adalah keadilan sosial, dan kesesuaian
dengan budaya lokal. Yakni penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok
untuk mendapat perlakuan adil. Misalnya adanya perlindungan yang lebih
tegas atas hak petani dalam penguasaan lahan, benih dan teknologi lokal yang
sering “dibajak” oleh kaum pemodal. Sistem yang harus dibangun juga menyediakan
fasilitas untuk mengakses informasi, pasar dan sumberdaya yang terkait
pertanian. Hal mana harus menjamin “harga keringat petani” untuk mendapat nilai
tukar yang layak, untuk kesejahteraan keluarga tani dan keberlanjutan modal
usaha tani. Khususnya akses atas lahan harus kembali dievaluasi dalam rangka
menegakkan keadilan, dengan tanpa membedakan jenis kelamin, posisi sosial,
agama dan etnis. Contoh adanya ketimpangan keadilan adalah (dalam konvensi di
Indonesia?) bila si istri melakukan transaksi hak atas tanah, oleh Notaris akan
dimintakan surat kuasa dari suaminya. Sementara itu, budaya pertanian lokal
sering kali dilecehkan. Misalnya, sistem ladang berpindah orang Dayak sering
dituduh merusak lingkungan (yang benar, orang Dayak menggilirkan lahan secara
berputar/siklus, bukan berladang berpindah-pindah). Padahal sistem itu justeru
melestarikan lingkungan dan sudah teruji berabad-abad. Namun kebiasaan orang
Dayak menggulirkan siklus lahan ini dijadikan kambing hitam atas dosa
lingkungan dari jaringan penjarah kayu serta penjarah hutan hak ulayat suku.
G. Agroekologi
(Ekologi Pertanian)
Sistem ekologi terbentuk sebagai hasil
dari interaksi timbal balik secara teratur antara mahluk hidup dan
lingkungannnya, sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh. Sistem ekologi ini
kemudian dikenal dengan ekosistem. Jadi, ekosistem merupakan bentukan dari
komponen biotik (hidup) dan abiotik (tidak hidup) dalam satu wilayah tertentu.
Dalam ekologi pertanian interaksi
komponen biotik dan abiotik ini di setting sedemikian rupa melalui mekanisme
kontrol agar mendukung keberlangsungan sistem budidaya pertanian yang
diusahakan. Kegiatan pengolahan tanah, pupuk dan pengendalian hama ditujukan
agar interaksi antara komponen penyusun ekosistem kebun/ ladang mendukung
pertumbuhan tanaman budidaya.
1) Prinsip Ekologi Pertanian Organik
Berdasarkan konsep ekologi pertanian
diatas, maka dapat dipahami bahwa prinsip ekologi sangat bermanfaat sebagai
panduan dalam pengembangan pertanian organik.
Prinsip ini mengatakan bahwa proses
produksi harus didasarkan pada daur ulang ekologis. Penerapan teknologi
berperan penting dalam meningkatkan interaksi antar komponen ekosistem. Namun,
teknologi yang diterapkan harus bersifat spesifik lokasi dengan
mempertimbangkan kearifan tradisional dari masing-masing lokasi. Berikut ini
prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik:
·
Memperbaiki kondisi
tanah agar bisa menguntungkan pertumbuhan tanaman. Kegiatan yang paling utama
adalah pengelolaan bahan organik untuk meningkatkan kegiatan komponen biotik
dalam tanah.
·
Mengoptimalkan
ketersediaan serta keseimbangan unsur hara di dalam tanah. Misalnya melalui
fiksasi nitrogen, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
·
Mengelola iklim mikro
agar kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dapat dibatasi.
Misalnya dengan pengelolaan air dan pencegahan erosi.
·
Kehilangan hasil
panen akibat gangguan hama dan penyakit dibatasi dengan upaya preventif melalui
perlakuan yang aman.
·
Pemanfaatan sumber
kekayaan genetika dalam sistem pertanaman terpadu.
·
Sesuai dengan prinsip
ekologi, aliran hara dalam sistem ekologi harus berjalan secara konstan. Oleh
karena itu, unsur hara yang hilang atau terangkut bersama hasil panen, erosi,
atau perlindian, selama proses budidaya hingga panen harus digantikan.
·
Agar sistem usaha
tani tetap produktif dan sehat, maka jumlah hara yang hilang dari dalam tanah,
tidak boleh melebihi hara yang ditambahkan atau dengan kata lain harus ada
keseimbangan hara di dalam tanah sepanjang waktu.
Prinsip ekologi ini bisa diterapkan
dalam berbagai teknologi dan strategi budidaya pertanian. Setiap prinsip
tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas,
keamanan, keberlanjutan dan identitas usaha tani.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
tanaman dengan lingkungannya. Ekologi tanaman
mempelajari bagaimana pengaruh iklim, tanah dan faktor biotik termasuk
interaksi antara faktor-faktor tersebut mempengaruhi proses fisiologis tanaman,
yang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terganggu. Juga mencakup seluruh komponen-komponen
lainnya terhadap proses biokimia, fisiologi dan sifat genetik yang terjadi
dalam tubuh tanaman tidak lepas dari kajian yang terdapat dalam ekologi
tanaman.
Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, Respon tanaman terhadap
radiasi matahari atau pengaruh radiasi terhadap tanaman pada dasarnya dapat
dibagi dalam tiga aspek seperti telah dijelaskan, yakni: (1). Intensitas; (2).
Kualitas; dan (3). Fotoperiodisitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin.
1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh, Angkasa,
Jakarta.Campbell, NA. 2002. Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.
Blake,
F. 1994. Oerganic farming growing. The Crowood Press Ltd. Wiltshire. U.K.
Agustina, L., 2004.Dasar Nutrisi
Tanaman, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Buckman, H.O dan N.C Brady. 1982.
Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman.Bratara Karya Aksara Jakarta.
Fitter AH dan Hay RKM. Fisiologi
Lingkungan Tanaman.Gadjah Mada Universiy
Fukuoka, M.
1991. Revolusi Sebatang Jerami: Sebuah Pengantar Menuju Pertanian Alami
(Terjemahan S. Hardjosoediro), yayasan Obor Indonesia, Jakarta Press.
Yogyakarta
Wurttemberg, HB. 1994. Biology
I. Berlin : Cornelson Dpuck
Zamor,O.B. 1995. Contextualizing the
Indicators of Sustainable Agriculture. Working Paper on The Sustainable
Agriculture Indicator Workshop on May 30, 1995. SEAMO Regional Centre for
Graduade Study and Research in Agriculture
DOWNLOAD FILE DI SINI
waw sangat bermanfaat trimkasih sudah berbagi info pertanian secara online,
BalasHapuskunjungi balik cara ternak ayam kampung