|
|
Kalimat Dalam Bahsa Indonesia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi
bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimat lah
seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah
kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan
frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata dan frasa,
tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya
sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita
pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang
mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final
kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau
tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa
kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai
kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya.
Kalimat
adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan
jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti
kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah,
kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat secara
umum : – Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. –
Pergi! – Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras
itu. – The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan
indah. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari
unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur
inti kalimat antara lain SPOK : – Subjek / Subyek (S) – Predikat (P) – Objek /
Obyek (O) – Keterangan (K)
Kalimat yang kita gunakan
sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat
terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari
beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing,
kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja
harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa
rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas, antara lain:
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan kalimat ?
1.2.2. Unsur - unsur apa sajakah yang termasuk dalam
kalimat ?
1.2.3. Tuliskan dan jelaskan apa saja yang termasuk dalam
jenis – jenis kalimat ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan dibuatnya makalah ini kami
selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan makalah ini sangat berguna bagi
seluruh pembaca dan dengan makalah yang berjudul “kalimat bahasa indonesia”
para pembaca akan mengetahui apa saja yang dimaksud dengan pengetian kalimat, unsur-unsur
kalimat dan jenis-jenis penggunaan dalam sebuah kalimat.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan Makalah ini
agar para pembaca akan mengetahui apa saja yang dimaksud dengan pengetian
kalimat, unsur-unsur kalimat dan jenis-jenis penggunaan dalam sebuah kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun anyals lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan
yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf anyal dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda anya (?), atau tanda seru (!); dan di
dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (J, pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda anya, dan
tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan
sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan.
2.2 Unsur – Unsur Kalimat
2.2.1.
Predikat
Adalah
bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku).
Contoh: putrinya
cantik jelita.
2.2.2.
Subjek
Adalah
bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Contoh: yang
berbaju batik dosen saya
2.2.3.
Objek
Adalah
bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Contoh : Nurul
menimbang gula
|
2.2.4.
Pelengkap dan komplemen
Adalah
bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Contoh : Banyak
orsospol berlandaskan Pancasila.
2.2.5.
Keterangan
Adalah
bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang
lainnya.
Contoh : Anak
yang baik itu rela berkorban demi orang tuannya ( ket. Tujuan )
2.3 Jenis - Jenis Kalimat
2.3.1. Berdasarkan pengucapan
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
2.3.1.1.
Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari
orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh: “Saya
gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2.3.2.2.
Kalimat Tak Langsung
Kalimat
tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah
dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
Kakak berkata
bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
2.3.2. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur
Gramatikal)
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
2.3.2.1. Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar
yang sederhana dan dapat juga ditelusuri Pola-pola pembentukannya. Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata
Benda + Kata Kerja) Contoh: sintia beryanyi
. S P
* KB + KS (Kata
Benda + Kata Sifat) Contoh: Ika sangat rajin
. S P
* KB + KBil
(Kata Benda + Kata Bilangan) Contoh: Masalahnya seribu satu.
. S P
Kalimat tunggal
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.
Kalimat nominal
adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya
siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja.
Contoh : Adik
bernyanyi.
Setiap
kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat
masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh
atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
a)
Keterangan
tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
b)
Keterangan
waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore,
minggu kedua bulan ini.
c)
Keterangan alat
(dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
d)
Keterangan
modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
e)
Keternagan cara
(dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.
f)
Keterangan
aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
g)
Keterangan
tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
h)
Keterangan
sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
i)
Keterangan
aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, David Beckham.
Frasa
yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan
rakyat.
Contoh perluasan
kalimat tunggal adalah: Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
2.3.2.2. Kalimat majemuk
Kalimat
majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3
jenis, yaitu:
2.3.2.2.1 Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat
ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian,
yaitu:
* KMS
Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata dan atau serta.
Contoh:- Kami
mencari bahan dan mereka meramunya.
* KMS
Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan,
namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:- Bukan
saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan.
Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:- Makalah
ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
* KMS Penguatan.
Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:- Pencuri
itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang
dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu
dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:-
Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan
nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.3.2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat
majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang
tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak
sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut
sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya
disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada
beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk
bertingkat, yaitu:
1. Waktu :
ketika, sejak
2. Sebab:
karena, Oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat:
hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika,
asalkan, apabila
5. Perlawanan:
meskipun, walaupun
6. Pengandaian:
andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar,
supaya, untuk, biar
8. Perbandingan:
seperti, laksana, ibarat, seolah-olah
9. Pembatasan:
kecuali, selain
10. Alat:
dengan+ katabenda: dengan tongkat
11. Kesertaan:
dengan+ orang
Contoh:-
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat:
Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3.2.2.3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
- Karena hari
sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami
berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami
berhenti karena hari sudah malam.
- Kami pulang,
tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS: Kami
pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka
masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Berdasarkan Isi
atau Fungsinya
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat
Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru
(!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai
dengan intonasi tinggi.
Macam-macam
kalimat perintah :
* Kalimat
perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh :
Gantilah bajumu !
* Kalimat
larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh : Jangan
membuang sampah sembarangan !
* Kalimat
ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong
temani nenekmu di rumah !
2. Kalimat
Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang
isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan
tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun.
Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam
kalimat berita :
* Kalimat berita
kepastian
Contoh : Nenek
akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita
pengingkaran
Contoh : Saya
tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita
kesangsian
Contoh : Bapak
mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita
bentuk lainnya
Contoh : Kami
tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang
bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang
diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan
dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan
adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:- Mengapa
gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
4. Kalimat
Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang
digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat
seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan
menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:- Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
• Berdasarkan
Unsur Kalimat
Kalimat dapat
dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap
adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu
buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :-
Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
. S P K
2. Kalimat Tidak
Lengkap
Kalimat tidak
lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja,
atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap
biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:- Selamat
sore
- Silakan Masuk!
• Berdasarkan
Susunan S-P
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi
adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu
yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada
urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan
makna.
Contoh:-
Ambilkan koran di atas kursi itu!
. P S
2. Kalimat
Inversi
Kalimat inversi
adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:-
Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
. S P O K
- Aku dan dia
bertemu di cafe ini.
. S P K
• Berdasarkan
Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang
Melepas
Kalimat
yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur
utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur
anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;- Semua
warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang
Klimaks
Kalimat
klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak
kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu
yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini
terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:- Setelah
1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara
Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat yang
Berimbang
Kalimat
yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:- Bursa
saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
• Berdasarkan
Subjeknya
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kaliamat
Aktif
Kalimat aktif
adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-.
Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati
oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan
minum).
Contoh:- Mereka
akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat
Aktif Transitif
Kalimat aktif
transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat
pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:Eni
mencuci piring.
. S P O1
1.2 Kalimat
Aktif Intransitif
Kalimat aktif
intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me-
tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:- Mereka
berangkat minggu depan.
. S P K
1.3 Kalimat Semi
Transitif
Kalimat ini
tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan
objek.
Contoh:Dian
kehilangan pensil.
. S P Pel.
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh
kata depan oleh.
Kalimat pasif
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat
Pasif Biasa
Kalimat pasif
ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:Piring
dicuci Eni.
. S P O2
2.2 Kalimat
Pasif Zero
Kalimat pasif
zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa
disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan
terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar
berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan
dengan kalimat baku.
Contoh:Ku pukul
adik.
2.4. Peran Semantis Unsur Kalimat
Cakupan
semantis keterangan lebih luas, yaitu mewakili unsur kalimat atau
seluruh kalimat. Keterangan ada yang menyatakan alat, tempat, cara, waktu,
kesertaan, atau tujuan. Perhatikan contoh berikut:
1.
Dia memotong kue
itu dengan garpu.
2.
Kami tinggal di Jatinegara.
3.
Mereka masuk
diam-diam.
4.
Beliau meninggal
tahun 1970.
5.
Dia ke pasar
dengan adiknya.
6.
Saya belajar
supaya lulus Sipenmaru.
c) Peran
Semantis
Suatu kata dalam konteks kalimat
memiliki peran semantis tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut:
1.
Farida menunggui
adiknya.
2.
Pencuri itu
lari.
3.
Penjahat itu
mati.
4.
Johan melihat
kecelakaan itu.
Dari
segi peran semantis, Farida pada point (a) adalah pelaku, yakni orang yang
melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat itu adalah sasaran, yakni
yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku.
Pencuri pada
point (b) adalah pelaku, dia melakukan perbuatan lari.
Akan tetapi, penjahat pada point (c)
adalah bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan,
melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud
sintaksisnya mirip dengan point (b) penjahat itu pada (c) adalah sasaran. Pada
kalimat (d) Johan bukanlah pelaku ataupun sasaran. Ada suatu peristiwa, yakni
kecelakaan, dan peristiwa itu menjadi rangsang yang kemudian masuk kebenak dia.
Jadi, Johan di sini mengalami peristiwa tersebut. Karena itu, peran semantis
Johan adalah pengalaman.
BAB III
PENUTUP
31. Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun
proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru
(!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua
(:), pisah (-), dan spasi. Dan kalimat dapat dibagi menjadi beberapa macam.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam pembutan
makalah yang membagas tentang kalimat dalam bahasa indonesia ini masih banyak
kekurangaan untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991.
Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Badudu, J.S. 1983.
Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991.
Pelik-pelik Bahasa Indonesia .Bandung: Pustaka Prima.
Mustakim. 1994. Membina
Kemampuan berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta:Gramedia
pustaka Prima.
Ramlan, M. dkk. 1994.
Bahasa Indonesia yang Salah dan Yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
Nazar, Noerzisri A.
1991. Bahasa indonesia Ragam Ilmiah dan Kumpulan Soal Ujian Bahasa Indonesia.
Bandung.
DOWNLOAD FILE DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar