Bumi dan alam semesta dalam konteks Al-Qur'an
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alam
semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru
sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi
seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk
menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas
dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang
sudah ada saat ajali.
Proses
pendidikan yang berlangsung di dalam interaksi yang pruralistis (antara subjek
dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh aspek
manusianya. Sebab kedudukan manusia sebagai subyek didalam masyarakat, bahkan
didalam alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi
diri manusia. Manusia mengemban amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara
alam lingkungan hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas
martabat kemanusiaannya (human dignity).
Di
dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh
sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh
yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif
Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati
melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu
yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.
Alam
semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang
kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam
semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dari itulah
pemakalah khusus membahas tentang Esensi Alam Semesta menurut Persfektif
Filsafat Pendidikan Islam yang terdiri dari pengertian, proses penciptaan Alam
Semesta, tujuan dan fungsi penciptaan Alam Semesta dan implikasi Alam Semesta
terhadap pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat
Alam semesta
Hakikat
alam semesta merupakan fenomena yang ajaib. hakikat alam semesta sebagai wahana
ilmu bagi manusia. hakikat alam semesta
mengajarkan kepada kita apa yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. alam
semesta merupakan tanda dari kekuasaan Allah. hakikat alam semesta adalah suatu
ilmu yang mempelajari apa sebenarnya fungsi alam semesta bagi kita, apa
sebenarnya tujuan diciptakannya alam semesta, apa menfaat alam semesta bagi
kita dan lain-lain.
Dari
Makalah hakikat alam semesta ini
menganalisis secara mendalam bagaimana kejadian dan awal proses alam semesta
ada. Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang
digunakan oleh manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam
semesta ini manusia tidak dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena
antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi antara
satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat
dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana
berinteraksi dengan manusia lainnya.
2.2. Alam
Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam
Alam
dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم ) yang seakar dengan ’ilmu (علم,
pengetahuan) dan alamat (مة علا, pertanda). Ketiga istilah tersebut mempunyai
korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh
hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Dengan
pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya
Tuhan.[1] Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang berarti
serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak
kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan,
yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi
sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia.
Istilah
alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73
kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk
jamak dari keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran
bagi manusia.
Menurut
Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin
merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan
beraneka ragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa hanya
Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi. Kemudian beliau
menuturkan kembali bahwa konsep islam megenai alam semesta merupakan penegasan
bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah Swt.
Di
dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami
dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah
ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64
dan 65
Dan
tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.
kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di
belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu
lupa (64). Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut
disembah)?
Dalam surat
ar-rum ayat 22
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.
Dalam surat
al-anbiya ayat 16
$tBur $oYø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ tûüÎ7Ïè»s9 ÇÊÏÈ
Dan tidaklah
kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan
bermain-main.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka
apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun
dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta yang
berkaitan satu dengan lainnya.
2.3. Proses penciptaan alam semesta
Al
Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini,
sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah
tertera di dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini
mengikuti dan merujuk pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah
diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Dengan
kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan
“kenyataan lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada
manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada
tekanan apakah manusia mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil
isyarat-Nya.[9]
Mengenai
proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang
mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta
menurut al-Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui
firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30:
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
"Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga yang beriman?"
Apabila
dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern,
maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat
disangkal lagi kebenarannya.
Dapat
ditarik kesimpulan melalui ayat-ayat diatas, yaitu: Disebutkan bahwa antara
langit dan bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan lalu mengalami proses
pemisahan. Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan
kosmos. Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi
sekaligus, tetapi secara bertahap.
Al-Rasyidin
mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak sekaligus atau
sekali jadi, akan tetapi melalui beberapa tahapan, masa atau proses. Dalam
sejumlah surah, al-Qur`an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang
dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa atau enam periode.[11]
Adapun ayat yang menceritakan tentang penciptaan alam dalam enam masa terdapat
pada surat yunus ayat 3 dan surat Al-Araf ayat 54 adalah:
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah , Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah . Maha Suci Allah , Tuhan semesta
alam.
Dalam
surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam
semesta.
Apakah
kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya(27), Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28), Dan dia menjadikan
malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29), Dan bumi
sesudah itu dihamparkan-Nya (30), Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya (31), Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh (32), (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu (33).
Proses
penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam
seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan
untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan,
dengan tidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa
penciptaan alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu.[12]
Terlepas
dari perdebatan panjang mengenai penciptaan alam semesta ini, maka Al-Qur`an telah
menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses,
dan tidak terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan
bahwa:
a. Alam semesta
diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses
b. Asal mula
penciptaan alam semesta berasal dari asap
c. Penciptaan
alam semesta terbentuk melalui enam masa atau enam hari atau enam periode
Dari
keterangan di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan tentang proses
penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, adalah manusia yang
sudah mempunyai potensi dari Allah Swt dalam mengembangkan potensi tersebut
tidak dapat dilakukan secara spontan, namun harus dilakukan dengan proses dan
tahapan panjang melalui alam ini, sebagai sarana dan fasilitas yang menghantarkan
manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya.
2.4. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Alam Semesta
Dalam
perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah sarana
untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan
dan kemahakuasaan Allah Swt.[15] Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk
yang jelas tentang keberadaaan Allah Swt. Oleh karena itu dalam mempelajari
alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat
yang menciptakan alam semesta.
Omar
menjelaskan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai
penerima amanah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini. Alam dapat menjadi
sumber ilham melalui potensi akal yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam
semesta ini.[16] Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa manusia akan memperoleh
manfaat dan keuntungan yang amat besar apabila manusia tersebut mampu dan
mengerti dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam semesta ini.
Manusia
mengemban amanat dari Allah Swt sebagai khalifah untuk mengelola bumi secara
bertanggungjawab. Peran penting yang diamanahkan kepada manusia adalah
memakmurkan bumi (al ‘imarah) dan memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan
(ar-ri’ayah). Manusia mempunyai kewajiban kolektif untuk mengeksplorasi
kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah
hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga
kekayaan agar tidak punah sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan
eksplorasi itu. Melihara bumi termasuk memelihara aqidah dan akhlak manusianya,
memelihara dari kebiasaan jahiliyah (merusak dan menghancurkan alam demi
kepentingan sesaat) karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial
merusak alam. [18]
Untuk
lebih jelas bagaimana hakikat dari tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta
adalah sebagai berikut:
Penciptaan
alam semesta bertujuan untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt
adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala
kekuasaanNya[19]. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39
Dan
kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan
bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi
kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa
tujuan penciptaan alam semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia
akan tanda-tanda (ayah) atas keberadaan dan kekuasaan Allah Swt[20].
Sebagaimana firmanNya dalam surat Fushshilat ayat 53
Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi
atas segala sesuatu?
Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan
sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk menggali khazanah rahasia
Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan suatu kebajikan
dan faedah manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan memahami apa
hakikat diciptakannya alam semesta ini[21]. Hal ini tertera dalam surat Yunus :
4
Hanya
kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada
Allah , Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya Kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar dia memberi
pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh
dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan
azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Alam
semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia, untuk memenuhi
kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini. Oleh karenanya alam telah
ditundukkan oleh Allah Swt untuk mereka, sebagai tempat tinggal bagi manusia,
ini dimaksudkan agar manusia mudah dalam memahami alam semesta dan tahu
bagaimana cara memanfaatkannya untuk kepentingan mereka[22]. Salah satu ayat yang
menerangkan akan hal ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 33
2.5. Implikasi penciptaan alam semesta terhadap
pendidikan islam
Islam
menegaskan bahwa esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah
al-Rabb, yaitu Tuhan Maha Pencipta yang menciptakan seluruh Makhluk yang makro
dan mikro kosmos. Al-syaibany sebagaimana yang tertera dalam bukunya
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam menjelaskan bahwa proses pendidikan
adalah menyampaikan sesuatu kepada titik kesempurnaannya secara berangsur-angsur.
Karenanya, implikasi filosofi terhadap pendidikan islam adalah bahwa pendidikan
islam merupakan suatu proses atau tahapan dimana peserta didik diberi bantuan
kemudahan untuk mengembangkan potensi jismiyah dan ruhaniyahnya sehingga
fungsional untuk melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya dalam kehidupan di alam
semesta.[24] oleh karena pendidikan merupakan proses dan tahapan, maka
pendidikan Islami akan berlangsung secara kontiniu sepanjang kehidupan manusia
di muka bumi ini.
Alam
semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh
manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia
tidak dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan
alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya
sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia
lainnya.[25]
Meskipun
alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk manusia, bukan berarti manusia
dapat mengetahui dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, karena sampai
sekarang pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam
menciptakannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh
dasar inilah Al-Quran mengajurkan kepada manusia untuk terus menggali khazanah
yang terdapat dari penciptaan alam semesta ini. Anjuran dan kemungkinan untuk
mempelajari alam semesta tertuang di berbagai ayat-ayat al-quran yang di
antaranya:
Surat Yunus ayat
101
Katakanlah:
"Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".
Dalam surat
al-Ankabut ayat 20
Katakanlah:
"Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Proses
pendidikan menghantarkan manusia untuk dapat memahami dengan benar tentang
keberadaaan alam semesta bersamaan dengan apa yang terkandung di dalamnya,
bagaimana manusia mampu menggunakan alam sebagai institusi dan objek dalam
mengembangkan potensi yang sudah ada. Di sisni pemakalah memaparkan bagaimana manusia
dapat memahami alam dengan proses pendidikan. banyak cara yang dapat dilakukan
manusia untuk menggali khazanah alam semesta ini, namun, hanya beberapa hal
yang dapat pemakalah paparkan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan dan Saran
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pada hakikatnya Allah swt sebagai
pencipta dan sekaligus sebagai penunjuk jalan bagi manusia (maha guru) Tuhan
didalam menciptakan manusia di muka bumi ini adalah semata-semata untuk
mengabdi kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Dalam hal manusia
dapat mengelola alam semesta , maka manusia perlu mendapatkan pendidikan
(Subyek pendidikan dan sekaligus sebagai obyek pendidikan).
Dalam
pemikiran filsafat pendidikan Islami. Allah menciptakan alam semesta ini bukan
untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai
pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan
absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam
seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan
oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang
sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan
intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak
akan meminta pertanggungjawaban dari seluruh manusia dalam menjalankan amanat
itu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Nur Karim
an-Nahlawi, Abdurrahman, Ushulut
tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama` terj
shihabuddin (Beirut: dar al-fikr al-mu`asyir, 1983)
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam,
Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008)
Zar, Sirajuddin, Konsep penciptaan alam
dalam pemikiran Islam, Sains dan AlQur’an (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 1999)
Syam, Mohammad Noor, Filsafat Pendidikan
dan Dasar Filasafat Pendidikan Pancasila (Surabaya: Usaha Nasional, 1986)
al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy terj
Hasan Langulung, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan
Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan
Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), cet. Ke-1, hal. 289
Sirajuddin Zar, Konsep penciptaan alam
dalam pemikiran Islam, Sains dan AlQur’an (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa,
1999), hal. 19
tolong itu kalimat arabnya salah mengcopy atau error ?
BalasHapus