BERITA BERPIDATO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara yang akan dapat meningkatkan kualitas
eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekadar
berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi
(informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata
lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan
istilah retorika. Retorika adalah
seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika
seringkali disamakan dengan istilah pidato.
Pada saat berpidato sudah dapat dipastikan bahwa
akan terjadi hubungan antara yang berpidato dengan yang diberi pidato. Oleh
sebab itu maka yang berpidato (pembicara) hendaknya mempersiapkan dirinya
dengan sebaik-baiknya, agar tercapai apa yang diharapkannya. Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum
dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Untuk berpidato sangat diperlukan pengetahuan yang
cukup, keberanian dan ketabahan mental yang kuat, disamping telah memahami
tehnik dan pedoman berpidato. Untuk itu agar mahir dalam menyampaikan pidato
yang baik maka yang bersangkutan seharusnya menambah pengetahuan dan melatih
diri dengan serius. Dan dalam Makalah ini akan disuguhkan semua yang berkaitan
dengan pidato yakni pengertian pidato, tujuan pidato, jenis-jenis pidato,
kerangka susunan pidato, langkah-langkah penyusunan pidato, persiapan sebelum
melakukan pidato, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam berpidato.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah diatas maka dapat kita tarik rumusan masalahnya sebagai
berikut : Definisi pidato beserta aspek-aspeknya, perbedaan antara pidato
dengan ceramah, beserta contoh-contohnya, menulis pidato dan ceramah serta
meliputinya.
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan
makalah ini adalah :
1.
Mengetahui Seluk
Beluk Berpidato,
2.
Perbedaan
berpidato dan ceramah
3.
Hal-hal yang
meliputi berpidato dan ceramah
4.
Cara munulis
berita berpidato, beserta cotohnya.
D.
Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat
penulisan makalah ini adalah untuk kita lebih memahami mengenai berita
berpidato dan berceramah.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik
untuk disampaikan kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang
yang dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa
sebagai alatnya.
Berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan
mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata (lisan) yang ditujukan kepada
orang banyak dalam sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut
hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan
lain sebagainya.
Menurut Emha
Abdurrahman dalam bukunya tehnik dan pedoman
berpidato, pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal
(masalah) dengan mengutarakan keterangan sejelas-jelasnya di hadapan massa atau
orang yang banyak pada suatu waktu tertentu.
Namun, dalam abad modern ini saluran-saluran
berpidato tidak terbatas kepada pidato secara langsung di depan massa melainkan
bisa menggunakan saluran-saluran lain, misalnya pidato di saluran radio,
saluran televisi, atau rekaman pada kaset.
- Fungsi Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal
berikut ini :
1. Mempengaruhi
orang lain agar mau mengikuti kemauan yang disarankan dengan suka rela,
2. Menyampaikan
informasi dan atau suatu pemahaman kepada pendengarnya,
3. Membuat
orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan
puas dengan ucapan yang disampaikan,
4. Mendidik,
5. Propaganda,
6. Penyambung
lidah seseorang.
Dengan melihat beberapa fungsi pidato diatas maka
seseorang dapat dengan lebih jelas menentukan sikap pada saat akan atau ketika
sedang berpidato, bahkan dengan mengetahui manfaat tersebut seseorang yang
berpidato dapat mengukur sendiri, apakah pidato yang dibawakannya itu berhasil
ataukah gagal.
- Jenis-Jenis Pidato
·
Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:
- Pidato Pembukaan,
adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc (master
of ceremony).
- Pidato Pengarahan
adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
- Pidato Sambutan
adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa
tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang
terbatas secara bergantian.
- Pidato Peresmian
adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang yang berpengaruh ketika akan
meresmikan sesuatu.
- Pidato Laporan
adalah pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
- Pidato
Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi
suatu laporan pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.
·
Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pidato,
jenis-jenis pidato dibedakan atas:
1. Pidato Impromptu (serta merta)
yaitu pidato yang dilakukan secara
tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Misalkan
apabila seseorang menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan
pidato maka pidato yang disampaikan itu adalah pidato jenis impromptu.
Keuntungan
:
ü Lebih
mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak sempat
lebih dalam memikirkan apa yang akan ia sampaikan.
ü Gagasan
datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.
ü Memungkinkan
Pembicara terus berpikir.
Kerugian
:
ü Dapat
menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak
memadai.
ü Mengakibatkan
penyampaian yang tidak lancar dan tersendat-sendat.
ü Biasanya
gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan ngawur.
ü Pembicara
kemungkinan besar biasanya demam panggung.
2. Pidato Manuskrip
yaitu pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’
tapi ‘membacakan pidato’. Karena pembicara akan membacakan pidato dari awal
sampai akhir. Jenis pidato ini sangat perlu dilakukan, jika isi pidato yang
akan disampaikan tidak boleh terdapat kesalahan. Misalnya, ketika seseorang
diminta untuk melaporkan keadaan keuangan, berapa pemasukan, dari mana saja
sumbernya, dan berapa pengeluaran serta untuk apa uang dikeluarkan, orang
tersebut perlu menuliskannya dalam bentuk naskah dan baru kemudian
membacakannya. Manuskrip juga sangat
dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat
menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan
:
ü Kata-kata
dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan
pernyataan yang gamblang,
ü Pernyataan
dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali,
ü Kefasihan
bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan,
ü Hal-hal
yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari,
ü Manuskrip
dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Kerugian :
ü Komunikasi
pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada
mereka,
ü Pembicara
tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih berkonsentrasi pada
teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku,
ü Umpan
balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang
pesan,
ü Pembuatannya
lebih lama.
3. Pidato Memoriter
yaitu pesan pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata
demi kata.
Keuntungan :
ü Kata-kata
dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki persiapan yang baik,
ü Jika
mampu menghapalnya pidato akan lancar,
ü Gerak
dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
Kerugian
:
ü Pidato
tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak akan mampu menarik perhatian
hadirin,
ü Komunikasi
pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat
kata-kata,
ü Memerlukan
banyak waktu persiapan.
4. Pidato Ekstemporan
yaitu pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa garis-garis besar (outline) dan pokok penunjang pembahasan
(supporting points), tetapi pembicara
tidak berusaha mengingatnya kata demi kata. Pidato jenis ini adalah pidato yang
paling baik dan paling sering digunakan oleh pembicara yang telah mahir dan
berpengalaman. Out-line hanya
merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran pembicara.
Keuntungan :
ü Komunikasi
pendengar dan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada
pendengar atau khalayaknya,
ü Pesan
dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih
spontan.
Kerugian :
ü Memerlukan
latihan yang intensif bagi pembicaranya
ü Kemungkinan
menyimpang dari garis besar besar sangat besar,
ü Kefasihan
bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata
·
Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato dibedakan
atas:
1. Pidato Informatif
(memberitahu/mengabarkan)adalah pidato yang tujuan utamanya untuk menyampaikan
informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan
adalah adanya pengertian dan pemahaman pendengar atas informasi yang
disampaikan.
2. Pidato Persuasif
(mendorong/mengajak) adalah pidato yang tujuan utamanya membujuk atau
mempengaruhi orang lain agar mau menerima ajakan yang disarankan secara
sukarela bukan dengan sukar rela. Reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan
emosi agar pendengar dapat menyutujui atau meyakini dan mungkin membangkitkan
timbulnya tindakan tertentu pada pendengar.
3. Pidato Rekreatif
(menghibur) adalah pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau
menghibur orang lain. Reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar
sehingga muncul suatu kegembiraan.
Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam
kenyataannya ketiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata
hanya terletak pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.
D.
Berita
Berpidato dan Ceramah
Perbedaan Pidato
dengan Ceramah
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak,yang berisikan hal-hal politik,hukum, maupun
budaya.
Isi pidato ialah pada umumnya
seperti berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau
mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau
informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan
pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang
kita sampaikan
4. Pengungkapan pikiran dalam bentuk
kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
5. Pembawa pidato tidak diwajibkan
mengarahkan audiens untuk memahami sungguh-sungguh masalah yang disampaikan.
6. Tidak ditindaklanjuti dengan tanya
jawab.
7. Lebih bersifat umum
Sedangkan
ceramah ialah suatu ucapan dengan susunan yang baik disampaikan kepada orang
banyak, yang berisikan hal-hal rohani, etika, moral, maupun sosial.
Isi
ceramah umumnya bersifat seperti beberapa hal berikut ini:
1.
Tidak
mempengaruhi, melainkan hanya memberikan pencerahan.
2.
Tidak
hanya memberi pemahaman dan informasi, melainkan juga memberi peringatan.
3.
Memberi
harapan dan solusi kepada orang banyak sehingga orang tersebut dapat
menyeimbangkan kebutuhan Rohani maupun jasmaninya.
- Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam Berpidato dan Ceramah
Berpidato dan ceramah yang baik harus memperhatikan
beberapa syarat, diantaranya :
1. Berbusana
yang sopan dengan melihat situasi, macam latar belakang pendengarnya, acara
yang akan disuguhkan panitia.
2. Pergunakan
bahasa yang sopan dan komunikatif sesuai dengan tingkat bahasa pendengarnya.
Pergunakan bahasa baku jika berpidato dalam forum resmi, misalnya : seminar,
rapat, sidang dsb.
3. Materi
pidato harus sesuai dengan yang diinginkan pendengar. Jangan menggunakan materi
yang justru bertentangan dengan kemauan, adat, norma, agama atau tatanan yang
dianut oleh masyarakat pendengar.
4. Penampilan
harus dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah diri, takut, bingung atau
grogi. Jangan memfonis pendengar dengan memaksakan pendapat atau kehendak.
- Langkah-Langkah
Penyusunan Pidato
Sebelum
berpidato, berdakwah, atau berceramah, seseorang harus mengetahui lebih dulu
apa yang akan disampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak;
bagaimana akan mengembangkan topik bahasan. Dengan demikian, dalam tahap
persiapan pidato, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu: (1) Memilih Topik
dan Tujuan Pidato dan (2) Mengembangkan Topik Bahasan.
1.
Memilih Topik dan Tujuan Pidato
Seringkali seseorang
menjadi bingung ketika harus mencari topik yang baik, seakan-akan dunia ini
kekeringan bahan pembicaraan, seakan-akan dirinya tidak memiliki keahlian
apa-apa. Jangan bingung, karena sebenarnya setiap orang memiliki keahlian
masing-masing, hanya diri seringkali tidak menyadarinya. Mang Endang mungkin
tidak dapat berbicara tentang hukum waris dengan baik, tetapi Mang Endang dapat
dengan lancar berbicara tentang cara memperbaiki mobil yang rusak. Pak Haji
Holis mungkin akan sangat lancar berbicara tentang hukum waris, tetapi hampir
pasti beliau akan gagap jika diminta menjelaskan bagaimana caranya memperbaiki
mobil yang mogok. Inilah yang disebut keahlian spesifik. Setiap orang punya
potensi untuk ahli di bidangnya masing-masing. Hal yang akan menjadi masalah
bagi seseorang ketika harus berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri
berbicara tentang persoalan yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya
(Numawi kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu urang nyalira henteu
ngartos kana naon anu dicarioskeun!).
1.1 Kriteria Topik
yang Baik
Untuk menentukan topik yang
baik, seseorang dapat menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut:
Topik
Harus Sesuai dengan Latar Belakang Pengetahuan Pembicara
Topik yang
paling baik adalah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu daripada
khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar. Jika Anda
merupakan orang yang paling tahu tentang tata cara sholat yang baik
dibandingkan dengan orang lain, maka berpidatolah dengan tema atau topik itu;
sebaliknya jika Anda tidak begitu paham tentang tata cara sholat yang baik,
jangan pernah Anda memaksakan diri untuk berbicara tentang masalah itu.
Topik Harus Menarik
Minat Pembicara
Topik yang enak
dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda senangi atau topik yang
paling menyentuh emosi Anda. Anda akan dapat berbicara lancar tentang kaitan
berpuasa dengan ketentraman hati, sebab Anda pernah merasa tidak tenang ketika
pernah tidak berpuasa secara sengaja di bulan ramadhan.
Topik Harus Menarik
Minat Pendengar
Dalam
berdakwah atau berpidato, seseorang berbicara untuk orang lain, bukan untuk
dirinya sendiri. Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar atau diacuhkan oleh
hadirin, Anda harus berbicara tentang sesuatu yang diminati mereka. Walaupun
hal-hal yang menarik perhatian itu sangat tergantung pada situasi dan latar
belakang khalayak/hadirin, namun hal-hal yang bersifat baru dan indah, hal-hal
yang menyentuh rasa kemanusiaan, petualangan, konflik, ketegangan,
ketidakpastian, hal yang berkaitan dengan keluarga, humor, rahasia, atau
hal-hal yang memiliki manfaat nyata bagi hadirin adalah topik-topik yang akan
menarik perhatian.
Topik Harus Sesuai
dengan Pengetahuan Pendengar
Betapapun
baiknya topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik itu bukan saja
tidak menarik tetapi bahkan akan membingungkan mereka. Oleh karena itu, sebelum
Anda menentukan topik dakwah, ketahuilah terlebih dahulu bagaimana rata-rata
tingkat pengetahuan pendengar yang menjadi khalayak sasaran pidato Anda.
Gunakanlah bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh
hadirin, bukan istilah-istilah yang hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah
itu keren sekali).
Topik Harus Jelas
Ruang Lingkup dan Pembatasannya
Topik yang
baik tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya memperoleh ulasan
sekilas saja, atau “ngawur”. Misalnya, Anda memilih topik Agama, tetapi orang
tahu agama itu luas sekali. Agama bisa menyangkut moralitas, sistem kepercayaan,
cara beribadat, dan lain-lain. Agar topik yang diambil jelas, maka ambilah
misalnya tentang cara beribadat, lebih jelas lagi ambilah topik tentang sholat
yang khusu’, dan seterusnya.
Topik harus sesuai
dengan waktu dan situasi
Maksudnya, seseorang
harus memilih topik pidato atau topik dakwah yang sesuai dengan waktu yang
tersedia dan situasi yang terjadi. Jika Anda diberikan waktu untuk berbicara
selama 10 menit, janganlah Anda memilih topik yang terlalu luas yang tidak
mungkin dijelaskan dalam waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di hadapan
para santri yang rata-rata usianya belum akil baligh, janganlah Anda
memilih topik dakwah tentang tata cara hubungan suami-istri, bicaralah tentang
kebersihan sekolah, misalnya.
Topik harus dapat
ditunjang dengan bahan yang lain
Jika Anda
memilih topik tentang Hadits Shahih dan Dhoif, lengkapi bahan
pembicaraan Anda dengan sumber-sumber rujukan (bisa berupa: kitab, buku, atau
perkataan ulama) yang sesuai.
1.2. Merumuskan Judul
Pidato
Hal yang
erat kaitannya dengan topik adalah judul. Bila topik adalah pokok bahasan yang
akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu.
Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahulu kepada khalayak, karena itu
judul perlu dirumuskan terlebih dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga
syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat.
Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan; Propokatif
artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; Singkat
berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.
1.3. Menentukan Tujuan
Pidato
Ada dua
macam tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato
biasanya dirumuskan dalam tiga hal: memberitahukan
(informatif), mempengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif).
Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan
khusus bersifat kongkret dan sebaiknya dapat diukur tingkat pencapaiannya atau
dapat dibuktikan segera.
Hubungan
antara topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat dilihat pada
contoh-contoh di bawah ini:
Topik : Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul : Pemaaf Sumber Kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif (memberi tahu)
Tujuan Khusus : Pendengar mengetahui bahwa:
Ø Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani
dan rohani
Ø Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa
dan kesehatan
2. Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan
Bila topik
yang baik sudah ditemukan, maka yang diperlukan adalah keterangan untuk
menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan
untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan
mempermudah pengertian. Ada enam macam teknik pengembangan bahasan dalam
berpidato antara lain:
Penjelasan. Penjelasan adalah memberikan keterangan
terhadap istilah atau kata-kata yang disampaikan. Memberikan penjelasan dapat
dilakukan dengan cara memberikan pengertian atau definisi. Misalnya, istilah Iman
kepada Allah Anda jelaskan dengan kalimat: “Iman adalah rasa
percaya dan yakin akan kebenaran adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan
dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.”
Contoh. Contoh adalah upaya untuk
mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Contoh dalam
pidato dapat berupa cerita yang rinci yang disebut ilustrasi. Untuk memberikan contoh tetantang kesabaran,
misalnya Anda menggunakan cerita tentang kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi
cobaan Allah melalui penyakit kulit yang dideritanya.
Analogi. Analogi adalah perbandingan antara dua
hal atau lebih untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam
analogi: analogi harfiyah dan analogi kiasan. Analogi harfiyah (literal
analogy) adalah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok yang
sama, karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Misalnya,
membandingkan manusia dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan adalah
perbandingan di antara objek-objek di antara kelompok yang tidak sama.
Testimoni. Testimoni ialah pernyataan ahli yang dikutip
untuk menunjang pembicaraan pembicara. Pendapat ahli itu dapat diambil dari
pidato seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara televisi, dan lain-lain,
termasuk kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.
Statistik. Statistik adalah angka-angka yang
dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu.
Statistik diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas, dan
meyakinkan.
G.
Contoh Pidato dan Ceramah
1)
Contoh Pidato
Pendidikan untuk Perbaikan Kualitas
Bangsa Assalamu’laikum Wr Wb Selamat pagi/siang/sore/malam dan salam sejahtera
bagi kita semua. Perbaikan kualitas bangsa harus ditempuh dan terutama melalui
pendidikan. Pendidikan itu proses yang panjang, yang tak henti-hentinya untuk
mencapai satu tujuan dan terbuka untuk menerima ide-ide dan konsep-konsep baru.
Itu makna pendidikan, sehingga suatu saat hasil dari pendidikan itulah yang
akan menumbuhkan budaya baru dengan manusia yang cerdas. Selama manusianya
cerdas maka ia mempunyai kebijakan dan kebajikan dalam jiwanya. Barulah setelah
itu dia mampu menguasai sains dan teknologi. Budaya baru itulah yang menjadi
kontra budaya yang kemudian masuk ke dalam tatanan menjadi masyarakat (budaya)
alternatif yang akan dipilih oleh bangsa ini. Semuanya melalui pendidikan yang
tertata rapi: pendidikan yang mampu mencerdaskan, mampu menumbuhkan jiwa yang
bajik dan bijak, dan menguasai sains dan teknologi. Itulah nanti yang akan
mengubah bangsa Indonesia menjadi Indonesia baru. Hal ini tampaknya akan
menjadi ”momok” bagi pendidikan di Indonesia. Belum lagi persoalan kekurangan
tenaga pendidik terselesaikan, masalah sarana pendidikan yang tidak memadai
muncul, dan menyusul persoalan mahalnya biaya pendidikan. Kita masih merasa
sebagai bangsa yang tertinggal dalam berbagai hal dibandingkan dengan bangsa
lain. Oleh karena itu satu-satunya jalan untuk mencerdaskan bangsa adalah
dengan meningkatkan pendidikan demi untuk menjadikan bangsa yang cerdas melalui
sistem pendidikan nasional yang menyeluruh dan terencana. Namun untuk menuju ke
arah itu, jalan yang ditempuh sangat panjang dan berliku karena persoalan
pendidikan sangat terkait dengan faktor lain, termasuk masalah ekonomi,
keamanan dan masalah sosial lainnya. Para guru pun diharapkan mulai mengubah
cara belajar kepada siswa. Para guru pun tidak boleh lagi memberikan tekanan
kepada siswa seperti pelajaran menghafal dan memberikan soal pilihan ganda
(multiple choice) karena bisa berdampak pada pembentukan kepribadian. Peran
pendidikan, sebagai sarana pemberdayaan, harus secara sadar menyiapkan peserta
didik dalam kehidupan masyarakat baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat. Pemberdayaan hanya mempunyai makna jika proses pemberdayaan menjadi
bagian dan fungsi dari kebudayaan. Oleh karena itu, pendidikan harus
menumbuhkan jiwa independensi, menggerakkan pernyataan diri dan para pendidik
mengajar siswa untuk hidup dalam harmoni dengan menghargai adanya perbedaan. Ke
depannya, sistem pendidikan harus berubah dari instruksional menjadi
motivasional berprestasi, berkreasi, dan berbudi pekerti. Wassalam.
2)
Contoh Ceramah
Ceramah singkat saya kali ini akan
membahas tentang pemilihan jodoh atau pasangan hidup yang serasi dan selaras
sebagai ladang untuk menabur benih keturunan, karena al Qur’an dengan jelas
memberikan isyarat isteri bagaikan ladang yang butuh digarap dengan baik, penuh
kesabaran untuk mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat QS. Al
baqarah: 223
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ
لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا
اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ.
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana
saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan
berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” (al Baqarah :223)
Ayat di atas memberikan isyarat
bahwa, secara tersirat ada semacam anjuran berikhtiyar mencari pasangan hidup
yang sempurna untuk dijadikan sebagai ladang menanam benih keturunan, karena
isteri itu bagaikan ladang untuk menanam benih keturunan. Sudah menjadi hukum
alam, ladang yang subur diimbangi dengan perawatan yang baik, lebih berpotensi
menghasilkan tanaman yang berkualitas daripada ladang tandus dengan garapan
yang baik pula.
Ayat di atas, juga memberikan
pengarahan, tidak hanya ladang dan sistem garapan yang baik saja untuk
mencita-citakan hasil yang berkualitas, tetapi sebelum memilihi ladang yang
subur, dahulukan dirimu menjadi individu yang memproduksi bibit berkualitas
tinggi, lanjutan ayatnya : ”Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu” ,
lanjutan ayat ini mengarahkan kepada pembacanya, sebelum memilih ladang yang
subur maka pastikan sang suami memiliki benih yang berkualitas. Usaha untuk
menghasilkan keturunan yang berkualitas harus di awali dari diri sendiri,
jangan menyalahkan ladang (isteri) kalau individu seorang suami belum bisa
menjadi bibit yang berkualitas.
Terpenuhinya cita cita memperoleh
hasil tanaman yang baik, ternyata harus melalui cara yang panjang, sejak dari
sendiri, pemilihan isteri dan mempergauli isteri degnan cara yang baik. Dengan
usaha itu, kedua belah pihak akan merasa diuntungkan, alangkah meruginya
seorang isteri jika mendapat suami yang mempunyai bibit tidak berkualitas,
begitu juga sebaliknya, suami akan merasa kecewa kalau mendapati isteri yang
digadang-gadang sebagai ladang untuk menanam benih ternyata tidak subur. Lalu bagaimana
jika sudah terlanjur.
Ingat!!! Tidak ada kata terlambat
untuk melakukan perbaikan, mulailah sekarang, sekarang, sekarang untuk berbuat
baik, ajak isteri juga untuk melakukan aktivitas yang baik-baik. wassalam
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
1.
Pidato adalah suatu ucapan dengan
susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak dengan mengandalkan
kemampuan bahasa sebagai alatnya.
2.
Fungsi Pidato antara lain: mempengaruhi
orang lain, menyampaikan informasi dan atau suatu pemahaman, menghibur, mendidik,
propaganda, penyambung lidah seseorang.
3.
Jenis-Jenis Pidato
· Berdasarkan
sifat dan isi Pidato, jenis-jenis
Pidato dibedakan atas: Pidato Pembukaan, Pidato Pengarahan, Pidato Sambutan,
Pidato Peresmian, Pidato Laporan, dan Pidato Pertanggungjawaban,
· Berdasarkan
ada tidaknya persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan atas: Pidato Impromptu
(serta merta), Pidato Manuskrip, Pidato Memoriter, dan Pidato Ekstemporan.
· Berdasarkan
tujuan pokok pidato yang disampaikan,
jenis-jenis pidato dibedakan atas: Pidato Informatif, Pidato Persuasif, dan
Pidato Rekreatif.
4.
Kerangka Susunan Pidato adalah pembukaan
dengan salam pembuka, pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi, Isi atau
materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah,
dll, penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
5.
Kriteria topik yang baik sebagai berikut: topik
harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara, menarik
minat pembicara, menarik minat pendengar, sesuai
dengan pengetahuan pendengar, jelas ruang
lingkup dan pembatasannya, sesuai dengan waktu dan situasi, ditunjang
dengan bahan yang lain.
6.
Dalam merumuskan judul pidato sebaiknya harus memenuhi tiga syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat.
7.
Teknik Mengembangkan Pokok
Bahasan
dalam Berpidato ada enam macam yakni: Penjelasan, Contoh,
Analogi, Testimoni, Statistik, Perulangan.
8.
Dalam menyusun sebuah pidato dan mengurutkan
gagasan utama dan penjelas yang disebut Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence),
yaitu: deduktif, induktif,
kronologis, logis, spasial,
dan topikal.
9.
Dalam penyampaian pesan pidato, pesan harus sejalan dengan
urutan proses berfikir manusia yakni disebut sebagai motivated sequence (urutan
bermotif)
yang terdiri atas lima urutan yakni :
perhatian (attention),
kebutuhan (needs),
pemuasan (satisfaction),
visualisasi (visualization),
dan tindakan (action).
10. Dalam
melakukan pidato sebaiknya mengadakan persiapan antara lain seperti: Mengetahui wawasan pendengar pidato
secara umum, mengetahui lama waktu
atau durasi pidato yang akan dibawakan, menyusun
kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti, mengetahui jenis pidato dan tema
acara, menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
11. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam Berpidato diantaranya : berbusana yang sopan
dengan melihat situasi, macam latar belakang pendengarnya, acara yang akan
disuguhkan panitia; pergunakan bahasa yang sopan dan komunikatif sesuai dengan
tingkat bahasa pendengarnya; materi pidato harus sesuai dengan yang diinginkan
pendengar; penampilan harus dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah diri,
takut, bingung atau grogi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Emha. ______. Tehnik dan Pedoman
Berpidato. Surabaya: CV. Amin
Al
Ansori, Sofyan. 2010. Jenis-Jenis Pidato.
http://copiyan.wordpress.com/2010/02/28/jenis-jenis-pidato/
(diakses tanggal 4 Mei 2010)
Anonim.
2008. Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat,
Metode, Susunan dan Persiapan Pidato Sambutan. http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan
(diakses tanggal 4 Mei 2010)
Anonim.
2010. Langkah-langkah Menyusun Pidato.
http://palakacomputer.blogspot.com/2010/01/langkah-menyusun-pidato.html
(Diakses tanggal 14 Mei 2010)
Rakhmat,
Jalaluddin. 2004. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar